"Sekarang ini kami ingin menonjolkan teknologi hijau. Tren secara global untuk pemanfaatan teknologi hijau makin besar. Oleh karena itu, kami arahkan ke sana," kata Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko di sela Festival Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2016 di Serpong, Tangerang, Senin.
Handoko mengatakan bahwa teknologi bersih begitu beragam jenisnya. Pengembangan teknologi ini dari sisi hulu hingga hilir ternyata penting untuk dikembangkan sekarang.
"Permintaan industri untuk teknologi bersih juga makin banyak soalnya," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa arah ke depan adalah pertumbuhan hijau. Jadi, bukan cuma produknya yang bersih, melainkan produksinya juga harus bersih. Oleh karena itu, Handoko mengatakan bahwa teknologi bersih harus sudah mulai dikembangkan dari sekarang
Sejauh ini yang sudah dikembangkan Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI beberapa di antaranya teknologi yang mengatasi limbah tahu di Subang, Jawa Barat.
Teknologi yang mengatasi limbah tahu yang sangat bau, menurut dia, dikembangkan bersama dengan Nanyang Technology University.
Teknologi lain yang dikembangkan, kata dia, pemanfaatan limbah nanas yang ternyata masih dapat diproses menjadi produk bermanfaat di Lembang, Jawa Barat. Teknologi picohidro juga telah dikembangkan dan dimanfaatkan di beberapa pondok pesanteren di Jawa Barat.
Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Ape mengatakan bahwa arah pertumbuhan ekonomi pada masa depan adalah pertumbuhan hijau (green growth). Maka, tidak ada cara lain selain memanfaatkan teknologi bersih.
Guna menciptakan pertumbuhan hijau, menurut dia, memang terkadang tidak ada pilihan lain harus juga menggunakan teknologi tinggi, seperti yang dikembangkan Jerman.
"Itu ciri negara maju, menggunakan teknologi tinggi, dan kita juga harus mengarah ke sana sebenarnya. Demi mencapai pertumbuhan hijau tersebut," ujarnya.
Pewarta: Virna P
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016