"Produk kuliner ini yakni gudeg yang dikemas dalam kaleng mampu bertahan hingga dua tahun dengan rasa dan aroma yang sama dengan gudeg biasa," kata Subardi, Komisaris PT Risquna Dewaksara yang merupakan perusahaan pengemasan/pengalengan Gudeg, Jumat.
Ia mengatakan, usahanya itu berawal ketika anaknya menjadi cucu menantu pengusaha kuliner gudeg "Yu Jum" dan ingin mengembangkan usaha gudeg.
"Diawali di outlet jalan Solo, kemudian Dagen, Pojok Beteng dan tempat oleh-oleh di Yogyakarta," katanya.
Ia mengatakan, awalya dirinya dikenalkan dengan LIPI yang ada di Gunung Kidul yang telah mengalengkan produk gudeg. Setelah melalui diskusi, penelitian dan pencermatan, anaknya tertarik dan ingin mendirikan pabrik pengalengan gudeg.
"Saat ini menyewa tanah kas desa yang juga digunakan untuk pasar Tlogorejo. Sebelumnya digunakan untuk bangunan los daging tetapi tidak pernah dipakai dan terbengkelai karena kurang laku," katanya.
Subardi mengatakan, saat ini pabriknya memproduksi dengan legalitas komplit untuk konsumsi dalam negeri dan masih lokal Yogyakarta, Sleman dan sekitarnya.
"Produksi yang dihasilkan baru 12 ribu kaleng selama 12 hari kerja. Sehingga 18 hari kerja masih kosong dan kekosongan ini kami tawarkan untuk masyarakat yang ingin memasak makanan lain dan mau dikemas dalam kaleng bisa memanfaatkan pabrik," katanya.
Ia berharap produk dan pabrik yang didirikan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan mampu mendorong perekonomian di Sleman.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan upaya pemberdayaan masyarakat di Sleman memprioritaskan pelaku ekonomi lokal sebagai soko guru perekomian di Kabupaten Sleman.
"Selaras dengan tema pembangunan Sleman pada 2017 yakni Memberdayakan Potensi Ekonomi Lokal Menuju Kemandirian dan Kesejahteraan Masyarakat Sleman yang Berbudaya". Tema ini menggugah untuk menjadikan ekonomi lokal sebagai modal utama pembangunan di Kabupaten Sleman," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016