Pembangunan pabrik bahan baku obat tersebut diresmikan oleh Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman, Kepala BPOM Penny Lukito dan Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf, lewat ground breaking di lokasi pembangunan di Kawasan Industri Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin.
Rusdi menyebutkan pabrik bahan baku obat dengan nilai investasi Rp132 miliar tersebut dibangun secara bertahap di atas lahan seluas enam hektare dengan tahap awal pembangunan 5.000 meter persegi.
Tahap selanjutnya, lanjut dia, akan dikembangkan pada tahun-tahun berikutnya untuk memenuhi kebutuhan produksi bahan baku obat.
Kerja sama Kimia Farma dengan Sungwun Pharmacopia Co. Ltd dilakukan karena memiliki teknologi untuk memproduksi bahan baku obat. Teknologi tersebut, kata Rusdi, belum terdapat di Indonesia.
Pabrik tersebut dibangun sesuai dengan standar Good Manufacturing Practice (GMP) dan diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 2017. Adapun untuk komersialisasi hasil produksi Bahan Baku Obat Aktif (API) ini direncanakan pada awal tahun 2018.
Jenis bahan baku obat yang akan diproduksi berjumlah delapan item yaitu Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin, Pantoprazole, Esomeprazole, Rabeprazole, Clopidogrel dan Sarpogrelate dengan total kapasitas produksi 30 ton per tahun.
Produksi delapan bahan baku obat tersebut untuk memenuhi 100 persen kebutuhan seluruh industri farmasi di Indonesia dan selebihnya untuk pasar ekspor.
Pabrik Kimia Farma juga akan memproduksi tujuh jenis bahan baku yang dapat digunakan untuk kosmetika dan suplemen makanan (High Function Chemical, HFC) dengan seluruh hasil produk akan diekspor ke Korea, Jepang dan Amerika.
"Kebutuhan bahan baku obat ada 2.200 lebih, kita buat 15 (jenis), tahun berikutnya akan ada 20 (jenis) lagi," kata Rusdi.
Pengembangan pabrik bahan baku obat Kimia Farma akan dilakukan pada tahun-tahun berikutnya dengan menambah total 40 jenis bahan baku obat yang akan diproduksi.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016