• Beranda
  • Berita
  • Kubis alias kol ternyata bisa stres mirip manusia

Kubis alias kol ternyata bisa stres mirip manusia

12 Oktober 2016 12:32 WIB
Kubis alias kol ternyata bisa stres mirip manusia
ilustrasi - panen kubis (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Sydney (ANTARA News) - Beberapa peneliti Australia telah mendapati tanaman juga mengalami stres.

Tanaman jika stres juga mengirim sinyal pertahanan seperti manusia, kata para peneliti yang mempelajari pola prilaku kubis dalam satu studi pimpinan insternasional.

Profesor Bioteknologi Tanaman Jimmy Botella dari Plant Genetic Engineering Laboratory di School of Agriculture and Food Sciences, University of Queensland, mengatakan penelitian yang dipimpin oleh University of North Carolina telah mempelajari keluarga protein-G pada Arabidopsis thaliana dari keluarga Brasscica, yang meliputi kubis.

"Tanaman telah menyesuaikan diri dengan mesin yang digunakan manusia untuk melihat guna mempertahankan diri dari patogen dan tekanan air," kata Botella di dalam satu pernyataan pada Rabu.

"Pada manusia, protein-G membantu orang merasakan cahaya, aroma, bau, dan terlibat dalam prilaku dan pengaturan suasana hati melalui zat seperti adrenalin, histamin, dopamin dan serotonin."

"Protein-G ada pada hampir semua organisme hidup dan sebanyak separuh dari semua pengobatan manusia mencapai efeknya melalui reseptor yang ditambah protein-G," kata Botella, sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.

Laboratorium Botella sebelumnya telah meneliti peran penting yang dimainkan protein-G dalam meningkatkan hasil pertanian seperti beras dan mempelajari tanaman lain padi-padian untuk membantu menanggulangi keamanan pangan dunia.

"Laboratorium kami sebelumnya juga telah mendapati tanaman berisi lebih banyak protein-G ini dibandingkan dengan manusia," katanya.

"Di dalam dokumen baru ini kami menyediakan bagian sejarah, bagaimana protein tersebut berevolusi dan apa yang kami kira adalah penyebab utama bagi evolusi itu," katanya.

"Kami memperlihatkan bahwa protein-G telah mengalahkan manusia dalam hal evolusioner," tambahnya.

Ia mengatakan anggota "klasik" mesin protein-G pada tanaman mempertahankan peran mereka dalam perkembangan (seperti manusia) sedangkan anggota yang lebih baru dari keluarga protein-G telah mengkhususkan diri pada reaksi tekanan lingkungan hidup.

"Ini mencerminkan perbedaan utama antara sebagian besar hewan dan tanaman, bahwa meskipun hewan dapat menghindari situasi stres dengan bergerak, kebanyakan tanaman tak tertahan di satu tempat dan perlu memiliki penyelesaian cerdik untuk bertahan hidup," katanya.

Penelitian itu dipimpin oleh Dr. Alan Jones dan Dr. Daisuke Urano serta melibatkan peneliti dari National University of Singapore dan Cold Spring Harbor Laboratory, New York.

"Keluarga protein ini penting dan secara luas dipelajari pada sistem hewan, tapi peran mereka pada sistem tanaman masih banyak belum diketahui," katanya.

(T.C003)


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016