• Beranda
  • Berita
  • Astra memilih Kecamatan Gedangsari jadi sentra batik Yogyakarta

Astra memilih Kecamatan Gedangsari jadi sentra batik Yogyakarta

16 Oktober 2016 21:02 WIB
Astra memilih Kecamatan Gedangsari jadi sentra batik Yogyakarta
Sejumlah perajin mengerjakan proses membatik di Kebon Dalem Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (12/10/2016). Batik Sojiwani dengan motif relief candi Sojiwan dijual dengan harga Rp450 ribu per kain ke daerah Yogyakarta dan Magelang tempat wisata Borobudur. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

...mulai hulu hingga hilir pembuatan batik semuanya betul-betul ada di Gedangsari sendiri."

Yogyakarta (ANTARA News) - PT Astra International Tbk melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim memilih Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, menjadi salah satu sentra industri batik di Daerah Istimewa Yogyakarta melalui pembinaan penciptaan motif batik bagi siswa.

Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA- MDR) Arietta Adrianti di Yogyakarta, Minggu, mengatakan perintisan Kecamatan Gedangsari sebagai sentra batik dilakukan sejak 2007. Hingga saat ini yayasan itu telah memberikan pembinaan membatik bagi 6 SD, 1 SMP, dan 1 SMK di kecamatan itu.

"Kami berupaya menyiapkan SDM yang mampu menciptakan perekonomian kreatif dengan menjadikan Gedangsari sebagai daerah sentra industri sesuai potensi unggulan daerahnya," kata dia.

Menurut Arietta, inisiatif pemilihan kecamatan Gedangsari sebagai kecamatan rintisan sentra industri batik terinspirasi dari kekayaan alam seperti bambu, buah srikaya, serta pisang dan kultur budaya daerah setempat yang menarik untuk dituangkan ke dalam motif batik.

Selain memberikan pembinaan terhadap siswa, menurut dia, YPA-MDR juga akan membuat laboratorium pewarnaan di kecamatan itu. Masyarakat juga akan digalakkan menanam pohon sebagai sumber zat warna alam batik.

"Sehingga mulai hulu hingga hilir pembuatan batik semuanya betul-betul ada di Gedangsari sendiri," kata dia.

Dengan menggandeng desainer senior asal Yogyakarta, Dandy T. Hidayat, YPA-MDR mencoba mendorong siswa di seluruh sekolah binaannya mampu mendesain motif batik sendiri dengan menonjolkan kekayaan alam dan budaya setempat.

Berbagai karya motif batik mampu dimunculkan siswa binaan Anstra secara mandiri seperti motif Campursari Gedangsari, Line Srikaya, Mix Bamboes Sweet, Gedang Belukar, Ratu Gedangsari, serta Pring Seling Srikoyo.

"Kami berharap mereka dapat menjadi pengusaha, menjadi praktisi fesyen yang dapat memberikan konstribusi besar bagi daerahnya," kata dia.

Desainer Dandy T Hidayat mengatakan potensi alam di Gedangsari mencoba dituangkan ke dalam sebuah karya fashion dengan konsep "connection".Dari unsur fashion global prinsip dan konsep tersebut banyak terlihat dalam tren 2017-2018 yang mengacu pada gaya "news post modern edgy". "Gaya itu mengedepankan unsur kontemporer dari corak ragam batik Gedangsari," kata dia.

Dalam rangkaian Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016 di Jogja Expo Center, Minggu malam, sebanyak 75 busana batik hasil karya siswa binaan dan Kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) Gedangsari ditampilkan dalam pagelaran busana (fashion show) bertajuk "Dari Gedangsari Untuk Dunia".

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016