"Indonesia sebagai negara yang terdiri dari beragam suku bangsa, menyimpan potensi yang sangat besar untuk pengembangan industri fashion berbasis tradisi dan budaya," kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih melalui keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa.
Gati menyampaikan hal tersebut pada acara Perayaan Hari Ulos Nasional tahun 2016 di Medan, Sumatera Utara.
Gati menjelaskan, pada 17 Oktober 2015, pemerintah telah menetapkan kain Ulos sebagai warisan budaya tak benda, sehingga setiap tanggal tersebut dirayakan sebagai Hari Ulos Nasional.
Menurutnya, untuk mendukung para perajin tenun dan ulos, Direktorat Jenderal IKM melakukan pembinaan dalam peningkatan kapabilitas IKM di bidang teknis produksi tenun.
Antara lain, melalui program restrukturisasi mesin peralatan, penguatan akses sumber bahan baku melalui pembuatan material center, dan promosi produk tenun melalui media audio visual seperti pembuatan film animasi.
Gati menambahkan, yang perlu menjadi perhatian ke depannya dalam pengembangan fashion dengan bahan kain Ulos adalah motif yang ditampilkan.
"Jadi, motif yang ditampilkan bukan motif Ulos yang digunakan dalam berbagai upacara ritual sehingga tidak merusak konsep sakral dari Ulos itu sendiri," ungkapnya.
Ulos masih digunakan sebagai kain dengan fungsi simbolik dalam tatanan masyarakat Batak, seperti halnya kegiatan Mangulosi yang melambangkan pemberian restu, kasih sayang, harapan dan kebaikan lainnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini kain Ulos juga menjadi salah satu produk fashion bernilai seni tinggi, dengan motif khas seperti Gorga atau ukiran rumah khas adat Batak yang dapat memberikan nuansa unik dan keindahan tersendiri.
Ditjen IKM Kemenperin telah memfasilitasi beberapa kegiatan dalam upaya pelestarian Ulos, di antaranya melalui fashion show.
Salah satunya, hasil rancangan desainer nasional Deden Siswanto yang memadukan Tenun Ulos dengan tren desain internasional pada acara Festival Danau Toba di Pulau Samosir tahun 2013.
"Bahkan pada acara Miss World 2013 di Bali, busana tersebut digunakan oleh pembawa acaranya," ujarnya.
Kemudian, pada 2014, dilaksanakan pendampingan tenaga ahli dalam pengembangan produk tenun untuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) perajin yang menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Tobasa, Sumatera Utara.
Fokus kegiatannya adalah membina perajin ATBM untuk mengenal bahan baku benang yang berkualitas, teknik pewarnaan benang, strategi untuk memasarkan produk, serta pengembangan dan penempatan motif yang sesuai untuk produk fashion.
"Kami juga melakukan pembinaan di Kabupaten Samosir, di antaranya melalui pembuatan brand produk tenun Samlos (Samosir Ulos) dan melaksanakan pelatihan produk fashion bagi kelompok penjahit," tuturnya.
Selain itu, terdapat pula pembinaan di Kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah, dengan melaksanakan pelatihan pembuatan busana bermotif tenun Ulos dan fasilitasi mesin jahit untuk para penjahit di daerah tersebut.
Sedangkan, pada 2015, pengembangan tenun di Sumatera Utara dengan melaksanakan kegiatan seperti partisipasi dalam Pameran Indonesia Fashion Week, yang menampilkan produk tenun Ulos hasil pembinaan dari Tobasa dan Samosir.
Selanjutnya, pendampingan tenaga ahli tenun di Samosir dan Tobasa untuk meningkatkan keahlian dan kualitas produk tenun.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016