Petugas Komunikasi Basarnas Ambon, Fadly yang dikonfirmasi, Minggu, membenarkan tim yang dikerahkan melakukan pencarian pada hari kedua belum menemukan tanda-tanda keberadaan armada tersebut.
Kapal yang mengalami gangguan mesin mengangkut tiga penumpang, termasuk pemilik armada rakyat tersebut, Asaria Lakotani.
Basarnas Ambon melakukan pencarian setelah mendapatkan laporan dari warga Pulau Nasalaut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Tengah serta keluarga armada laut naas itu.
Warga Nusalaut menolong dua penumpang KM Putri Ojes, Semuel Miru dan Yacop Toportawi yang mengayuh sampan selama satu hari satu malam sehingga tiba di perairan Desa Abubu pada Sabtu (22/10) pagi sekitar pukul 07.00 WIT.
"Kami melakukan pencarian pada hari pertama (Sabtu) dengan melakukan penyisiran dari Tanjung Alang, Pulau Ambon hingga Selatan pulau Nusalaut dan hingga Minggu petang belum menemukan armada tersebut," ujar Fadly.
Dia mengemukakan, pencarian hari ketiga dijadwalkan diikuti Semuel Miru yang telah melapor ke kantor Basarnas Ambon.
"Semuel dan Jacob memang dievakuasi ke Masohi, ibu kota kabupaten Maluku Tengah atas arahan BPBD setempat pada Sabtu (22/10). Namun, keberatan karena menginginkan mencari tiga penumpang lainnya bersama tim Basarnas Ambon," kata Fadly.
Seorang tokoh masyarakat asal Desa Waipia, Semmy Kosten menyesalkan kurang pedulinya BPBD Maluku Tengah terhadap Semuel dan Jacob yang sebenarnya saat pencarian hari pertama berkeinginan mengikuti tim Basarnas Ambon.
"Kan Semuel atau Jacob bisa menjadi penuntun untuk mencari KM Putri Ojes dan tiga rekan lainnya yang dari Desa Waipia ke Pulau Nila hanya berbekal masing-masing satu karton sagu dan air minum," ujarnya.
Dia menghaturkan terima kasih kepada warga Pulau Nusalaut yang membantu dua saudara menyelamatkan diri dengan mengayuh sampan satu siang-satu malam, selanjutnya mengevakuasi ke Masohi.
Tiga penumpang lainnya belum ditemukan adalah Asaria Lakotani juga juga pemilik KM Putri Ojes, Frangki Lakotani dan Randi Palikyawi.
Warga Waipia ini berasal dari Pulau Teon, Nila dan Serua (TNS) yang dievakuasi pemerintah ke Pulau Seram pada 1978 karena mempertimbangkan kondisi gunung berapi Lawwakarwa.
Saat panen cengkih maupun hasil perkebunan lainnya warga Waipia ke Pulau TNS untuk memanen.
Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016