• Beranda
  • Berita
  • Danjyo Hiyoji, I.K.Y.K, dan Sejauh Mata Memandang di JFW

Danjyo Hiyoji, I.K.Y.K, dan Sejauh Mata Memandang di JFW

28 Oktober 2016 09:26 WIB
Danjyo Hiyoji, I.K.Y.K, dan Sejauh Mata Memandang di JFW
SMM, second line dari Sejauh Mata Memandang, dari Chitra Subijakto di Jakarta Fashion Week 2017, Senayan City, Kamis (27/10/2016). (Jakarta Fashion Week 2017)
Jakarta (ANTARA News) - Danjyo Hiyoji, I.K.Y.K, dan Sejauh Mata Memandang berbagi panggung di Jakarta Fashion Week 2017 dengan benang merah “The Urbanist” yang menyasar masyarakat urban dan modern di Indonesia.

Ketiga merek itu dirangkul oleh Zalora yang secara khusus akan langsung menjual koleksi pakaian ready to wear tersebut.

“Mereka adalah tiga desainer terbaik, itulah mengapa kami memilih mereka,” ungkap CEO Zalora Indonesia Anthony Fung dalam konferensi pers di Jakarta Fashion Week 2017, Kamis (27/10) malam.

Danjyo Hiyoji, label ready to wear dari Dana Maulana dan Liza Masitha, mengangkat kebutuhan penggemar mode yang ingin tampil beda dari kecenderungan sosial yang seakan membuat mereka terlihat seragam. 

Dana menjelaskan Danjyo Hiyoji menampilkan variasi koleksi dengan palet warna beragam dan teknik potong asimetris, layer dan potongan dengan kesan unfinished dalam busana-busana siap pakai tersebut.

“Ada delapan koleksi pria dan delapan koleksi perempuan,” kata Dana.

Sementara itu, I.K.Y.K (I Know You Know) dari Anandia Putri menciptakan potongan modern yang terinspirasi dari ksatria Kazakhstan.

“Melambangkan orang-orang modern di Jakarta yang kuat dari dalam,” kata Anandia.

Koleksi I.K.Y.K yang berwarna merah, hitam dan putih terdiri dari atasan, celana, rok hingga outer dan rompi. 

Chitra Subijakto membawa SMM, second line dari Sejauh Mata Memandang, yang lebih terjangkau di kantong karena ia ingin karyanya bisa dipakai lebih banyak oleh pencinta mode.


Kali ini, dia menampilkan rancangan desain yang terinspirasi dari ukiran pohon, bunga dan buah di Borobudur dengan warna alam seperti kuning kunyit dan hijau daun.

Chitra bekerjasama dengan seniman di Sumba, Bali dan Jawa yang mengerjakan semua tekstil dengan teknik tradisional. 

“Indonesia kan yang paling kuat manusianya, sayang kalau pakai mesin,” kata Chitra yang karyanya memang buatan tangan.

Meski demikian, dia harus kerja ekstra keras untuk produksi massal mengingat busana-busana itu segera tersedia untuk dijual.

Setidaknya Chitra menyiapkan stok sebanyak dua lusin untuk tiap koleksinya.

Chitra menyambut baik kerjasama dengan Zalora yang membuat busana-busana karyanya bisa langsung dibeli tak lama sejak peragaan busana. Biasanya, baju-baju yang ditampilkan dalam peragaan busana baru bisa dibeli beberapa bulan kemudian. 

“Senang, kalau nunggu beberapa bulan pas mau beli keburu lupa,” katanya.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016