• Beranda
  • Berita
  • Catatan pendek penampilan ERK di Synchronize Fest

Catatan pendek penampilan ERK di Synchronize Fest

31 Oktober 2016 05:16 WIB
Catatan pendek penampilan ERK di Synchronize Fest
Seorang penggemar memegang daftar lagu atau setlist penampilan Efek Rumah Kaca dalam Synchronize Fest di panggung District Stage di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta, Minggu (30/10/2016). (ANTARA News/Gilang Galiartha)
Jakarta (ANTARA News) - Waktu menunjukkan sekira pukul 21.50 WIB pada hari ketiga festival musik Synchronize Fest di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta, Minggu (30/10), namun area penonton panggung District Stage sudah dipenuhi orang-orang yang memilih duduk-duduk meski jadwal tampil Efek Rumah Kaca masih terpaut sekira menit lagi.

Mereka tentu tak mau kehilangan kesempatan untuk memperoleh tempat senyaman mungkin dalam menyaksikan band yang digawangi Cholil Mahmud, Adrian Yunan Faisal, Akbar Bagus Sudibyo dan Poppie Airil tersebut.

Sementara jajaran tim panggung ERK sibuk mengurusi kabel-kabel segenap instrumen dan mikrofon di atas panggung yang masih berhiaskan kertas bertuliskan "LINE CHECK", para penonton memilih berbincang-bincang memastikan kedatangan sang vokalis, Cholil, ke penampilan tersebut.

Sebelumnya, lewat akun media sosial berbagi foto miliknya, Cholil, yang saat ini tengah menetap di Amerika Serikat bersama istrinya Irma Hidayana dan anak tunggal mereka Angan Senja, mengunggah foto jadwal Synchronize Fest hari ketiga.

"Malam ini jam 22.15 #synchronize @sebelahmata_erk di district stage, spesial komplit pake telorrrrr," demikian caption yang dituliskan Cholil untuk mendampingi foto yang diunggahnya sekira pukul 13.00 WIB, Minggu (30/10), tersebut.

Benar saja, sekira pukul 21.55 WIB rombongan para personel ERK tiba dan tersempil di antaranya Cholil yang sempat berhenti sejenak melayani permintaan tanda tangan dari salah seorang penggemarnya.

Masuknya rombongan personel ke area penampil di samping panggung seolah menjadi aba-aba agar para penonton berdiri dan menimbulkan kerumunan padat di depan panggung, meski Cholil dkk belum menunjukkan tanda-tanda bakal keluar.

Tepat pukul 22.15 WIB, keempat personel menaiki panggung ditemani dua pemain pendukung, Dito Buditrianto pada gitar dan Agustinus Panji Mardika pada terompet.

ERK membuka penampilan mereka dengan "Menjadi Indonesia", sebuah nomor yang berasal dari album kedua mereka, "Kamar Gelap" (2008).

Lautan suara membahana ketika memasuki bagian chorus dan seluruh pengunjung dengan fasih merapalkan bagian tersebut, "Lekas bangun dari tidur berkepanjangan. Menyatakan mimpimu. Cuci muka biar terlihat segar. Rapihkan wajahmu. Masih ada cara menjadi besar. Memudakan tuamu. Menjelma dan menjadi Indonesia." Pemandangan tersebut, berlangsung hampir di setiap lagu yang dimainkan ERK sepanjang penampilan mereka sebagai penampil pamungkas District Stage Synchronize Fest itu.

Memasuki lagu kedua, "Sebelah Mata", Adrian mengambil alih peran sebagai vokalis utama melantunkan lirik demi lirik yang memang menceritakan kondisi yang menimpa indera pengelihatannya akibat penyakit langka yang dideritanya itu. Belakangan Adrian juga menjadi vokalis utama pada nomor "Hujan Jangan Marah".

Serampung "Sebelah Mata", tiga penyanyi latar Wisnu Adji, Nastasha Abigail dan Monica Hapsari beserta keyboardist Muhammad Asranur naik ke panggung demi memainkan "Biru", trek kedua dari album ketiga mereka "Sinestesia" (2015).

Formasi tersebut boleh dibilang hampir lengkap selayaknya formasi utama Konser Sinestesia yang mereka gelar di awal tahun 2016 silam, jika Irma dan Andi Hans Sabarudin hadir.

"Tahun 2009 kami juga bermain saat Demajors mengadakan Synchronize Fest pertama di eX," ujar Cholil bercerita di sela-sela mengenang penampilan mereka sebagai satu dari 13 penampil di dedengkot festival musik Synchronize Fest pada 2009 silam.

ERK dengan pintar bergantian memainkan nomor-nomor dari tiga album mereka, yang dimainkan selepas "Biru" secara berurutan "Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa", "Hujan Jangan Marah", "Jingga", "Di Udara" dan "Putih".

Nomor "Di Udara" disambut dengan kepalan tangan yang diangkat para penonton di tiap bagian chorus dinyanyikan sembari koor berjamaah berkumandang melantunkan lagu yang diangkat dari kisah pegiat Hak Asasi Manusi, Munir Said Thalib, yang dibunuh oleh intelijen negara.

Gilang Galiartha: ERK lantas memainkan lagu teranyar mereka yang dikeluarkan sebagai single pada Agustus lalu, "Merdeka", meski sebagian besar kerumunan penonton cenderung dingin menanggapi nomor yang mungkin masih terdengar asing di telinga mereka itu.

Beruntung "Merdeka" tak dijadikan ERK sebagai nomor penutup, karena penampilan mereka akan menjadi antiklimaks jika itu terjadi.

Yang mereka pilih sebagai nomor penutup adalah lagu wajib berwarna sendu, "Desember", yang diikuti dengan lantunan berjamaah terutama pada bagian "Sampai nanti ketika hujan tak lagi meneteskan duka, meretas luka. Sampai hujan memulihkan luka," dan lirik penutup "Seperti pelangi setia menunggu hujan reda." Kehadiran Agustinus Panji Mardika juga terasa benar dalam penampilan "Desember" itu, sebab ia mengambil alih bagian solo dari yang versi aslinya diisi oleh petikan gitar Cholil menjadi tiupan terompetnya. Cholil dkk sudah hampir meninggalkan panggung ketika seorang panitia memberikan pertanda bahwa mereka boleh memainkan satu lagu lagi, demi menjawab teriakan kerumunan penonton yang menagih penampilan tambahan.

"Kuning", lagu yang memang menjadi trek penutup di album ketiga mereka, dipilih menjadi lagu tambahan penampilan yang memang sudah disiapkan ERK di dalam daftar lagu mereka yang kertasnya selalu menjadi incaran para penggemar berat dalam konser-konser.

Meski berdasarkan jadwal hanya diberi kesempatan tampil selama 45 menit, ERK akhirnya tampil lebih dari satu jam lamanya dengan memainkan tak kurang dari 11 lagu. Wajar, mengingat empat nomor yang berasal dari album ketiga mereka saja masing-masing berdurasi di atas 10 menit.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016