Pada Kamis (3/11), serangkaian serangan udara dilancarkan di Daerah Buz-e-Kandahari di Ibu Kota Provinsi Kunduz, setelah operasi darat yang dilancarkan oleh pasukan keamanan Afghanistan dan asing di sana. Dalam peristiwa tersebut pasukan pro-pemerintah diserang oleh anasir anti-pemerintah.
Di dalam satu pernyataan yang disiarkan pada Sabtu (5/11), Pasukan Amerika Serikat-Afghanistan mengakui mereka telah melancarkan serangan udara-ke-darat pada saat itu di daerah tersebut. Dan Komandan Pasukan AS Jenderal John W. Nicholson menyampaikan penyesalannya yang mendalam atas hilangnya nyawa warga sipil yang tak berdosa, kata pernyataan itu,
"Temuan awal menunjukkan bahwa operasi udara tersebut menewaskan sedikitnya 32 warga sipil dan melukai tak kurang dari 19 warga sipil lagi, kebanyakan perempuan dan anak kecil. UNAMA juga menerima laporan yang diterima bahwa serangan udara itu membuat sedikitnya 22 rumah rusak parah," kata pernyataan tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua.
"Hilangnya nyawa warga sipil tak bisa diterima baik dan merusak upaya ke arah pembangunan perdamaian dan kestabilan di Afghanistan," kata Tadamichi Yamamoto, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan dan Kepala UNAMA, sebagaimana dikutip di dalam pernyataan itu.
"Ketika melancarkan operasi udara, pasukan militer internasional mesti melakukan semua langkah yang mungkin untuk memperkecil membahayakan warga sipil, termasuk analisis penuh mengenai konteks bagi serangan udara," katanya.
UNAMA mendesak pemerintah agar menjamin dilakukannya penyelidikan yang independen, tidak memihak dan cepat sesegera mungkin, dan langkah yang layak dilakukan guna menjamin pertanggung-jawaban, ganti-rugi buat korban dan pencegahan peristiwa semacam itu pada masa depan.
Sesuai dengan mandatnya untuk mendukung perlindungan warga sipil dalam konflik bersenjata, UNAMA akan terus menyelidiki tuduhan mengenai bahaya yang dihadapi warga sipil oleh semua pihak dalam konflik tersebut.
Keterangan yang lebih penuh mengenai peristiwa itu dan kejadian serius lain akan dimuat di dalam Protection of Civilians Annual Report 2016 Misi itu, yang dijadwalkan dikeluarkan pada Januari 2017, katanya dilaporkan Xinhua.
(C003)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016