Busana bertemakan "Enchanted of Wayang Golek", karya perancang Dynand Fariz itu didominasi warna emerald green dan gold.
"Kali ini terinspirasi satu karya yang ada di abad 17, karya berhubungan dengan kejayaan Jawa, yakni wayang golek. Bagian bawah kostum merupakan batik tulis bermotifkan wayang," ujar Dynand di Jakarta, Rabu.
Dia berharap busana karyanya itu memiliki bobot sekitar 12,5 kilogram mampu menyabet penghargaan sebagai kostum nasional terbaik dalam ajang yang digelar setiap tahun itu.
"Saya menaruh harapan, Indonesia bisa meraih best national costume untuk ke tiga kalinya," tutur pria yang juga bergelut dalam "Jember Fashion Carnival (JFC)" itu.
Sementara untuk acara di malam harinya, Intan akan menggunakan gaun bermaterial kain Jumputan Cengkehan Solo, dengan cuttingan simple dan modern bertabur mutiara, karya Andhika Pramudhia dan Satria.
"Mengapa bahan Jumputan? Karena merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Mengapa menggunakan mutiara? Karena Indonesia kaya akan sumber daya kelautannya," kata Andhika dalam kesempatan yang sama.
Tak hanya itu, kebaya berwarna tosca, maroon dan tembaga yang disuguhkan dalam siluet sehingga terkesan tegas dan elegann, karya Intan Avantie juga akan menemani Intan dalam ajang yang berfokus pada perdamaian dunia itu.
Kebaya itu nantinya dipadukan batik prada latar hitam bermotif pisang Bali, sehingga memunculkan kesan membumi namun menawan.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Puteri Indonesia, Putri K Wardani mengatakan dirinya berharap bisa memperkenalkan budaya dan pariwisata Indonesia pada dunia melalui ajang Miss Supranational.
"(Melalui ajang ini) kami ingin mengembangkan pariwisata melalui budaya. Mengedepankan kostum nasional, lalu gaun malam. Indonesia konsisten membawa nuansa kain tradisional Indonesia. Misi kami memperkenalkan budaya dan pariwisata Indonesia pada dunia," kata dia.
Karantina Miss Supranational 2016 akan berlangsung 17 November mendatang dan Grand Final akan digelar 2 Desember di Mosir Hall of Sports di Krynica Zdroj, Polandia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016