KBRI dukung kolintang jadi warisan dunia

11 November 2016 15:31 WIB
KBRI dukung kolintang jadi warisan dunia
Pertunjukan kolintang dari Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia disertai peragaan busana batik di Gedung Opera, Sidney, Australia.
Jakarta (Antara) - Kedutaan Besar Indonesia di Canberra dan Konsulat Jenderal Indonesia di Sidney, Australia mendukung upaya global Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia, Yayasan Purnomo Yusgiantoro Foundation, Pertunjukan Seni Jaya Suprana, dan Yayasan IT guna mempromosikan kolintang menjadi warisan dunia.

Keterangan KJRI di Sidney yang diterima di Jakarta, Kamis menyebutkan pada Rabu (9/11) upaya menjadikan alat musik kolintang menjadi warisan dunia yang terdaftar di badan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk urusan budaya (UNESCO) dilakukan melalui konser kolintang dan peragaan busana batik.

Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung Opera Sidney atau yang dikenal dengan "Sydney Opera House".

"Musik kolintang kayu ini merupakan bukti lain betapa Indonesia memiliki kekayaan seni budaya yang sangat beragam dan bernilai tinggi, selain batik dan musik angklung yang sudah terdaftar di UNESCO sebagai warisan dunia," ujar Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema.

Menurut dia, salah satu keunikan kolintang kayu yang merupakan alat musik khas dari Minahasa, Sulawesi Utara adalah nada rendah hingga tinggi yang dihasilkan ketika dipukul sehingga mengalunlah nada-nada merdu.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh lebih dari 300 undangan, termasuk warga Australia dan dispora Indonesia.

Tujuh pemusik kolintang yang tergabung dalam PINKAN Indonesia Kolintang Group membawakan lagu-lagu berirama cepat khas daerah-daerah di Indonesia seperti lagu selayang pandang, sinanggar tullo, keroncong kemayoran, injit-injit semut, tanase, rame-rame dan sajojo.

Pada 2013 Pemerintah Indonesia menetapkan kolintang kayu sebagai warisan budaya Indonesia yang menjadi langkah penting dalam memperjuangkan alat musik tradional ini mendapat pengakuan dari UNESCO.

Duta Besar Nadjib mengatakan bagaimanapun, musik lebih dari sekadar pengakuan oleh UNESCO. Dalam diplomasi, musik sebagai bahasa universal memainkan peran yang sangat penting guna meningkatkan saling memahami antar suku bangsa di dunia.

"Ketika kata-kata gagal mengantarkan makna, maka musik berbicara," kata Duta Besar Najib.

Dia berharap konser kolintang dan peragaan busana batik pada malam itu dapat membuka jendela lain bagi masyarakat Australia untuk mengenal Indonesia lebih dekat. 

(T.KR-LWA/C/A011/A011) 

Pewarta: Libertina Widyamurti Ambari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016