Jember (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menilai KHR Asad Syamsul tidak hanya pantas menyandang gelar pahlawan nasional, namun juga layak disebut pahlawan Pancasila atas perannya dalam penerimaan azaz tunggal Pancasila oleh organisasi para nahdliyyin itu.Beliau lebih Pancasila dari orang-orang yang ngomong butir-butir Pancasila
"Tidak salah kalau beliau disebut sebagai pahlawan Pancasila. Beliau lebih Pancasila dari orang-orang yang ngomong butir-butir Pancasila," katanya pada seminar bertema "Refleksi Pewrjuangan KHR Asad Syamsul Arifin dalam Mempertahankan NKRI" di Pondok Pesantren Nurul Qaarnain, Baletbaru, Sukowono, Jember, Jawa Timur, Minggu.
Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada KHR Asad Syamsul Arifin dalam upacara di Istana Negara Jakarta 9 November lalu.
Kiai Haji Raden Asad Samsul Arifin (lahir pada 1897 di Mekkah dan meninggal 4 Agustus 1990 di Situbondo pada umur 93 tahun) adalah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah di Dusun Sukorejo, Desa Sumberrejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo.
Menurut Hasyim, gelar pahlawan untuk Kiai Asad tidak lepas dari proses perjalanan NU dalam kehidupan berbangsa dan berenagara. Kiai Asad adalah tokoh yang memegang palu ketika NU menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas di Indonesia, mekipun konseptornya adalah KH Achmad Siddiq.
Kiai Asad, kata Hashim, ketika itu mau meneruskan wacana asas tunggal oleh Presiden Soeharto setelah mendapatkan penjelasan bahwa Pancasila tidak akan dijadikan agama atau agama dijadikan Pancasila.
"Pak Harto kala itu menjelaskan bahwa Pancasila sebagai pintu gerbang untuk masuknya semua agama, semua komponen bangsa untuk bersama-sama membangun bangsa," ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Sukorejo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy menilai gelar pahlawan untuk KHR Asad Syamsul Arifin adalah amanah yang amat berat bagi semua pihak, khususnya kalangan santri dan keluarga.
"Kita harus sadar bahwa ini adalah enugerah dari Allah. Anugerah itu amanah dan karenanya harus kita jaga bersama oleh santri, alumni, masyarakat dan para pecinta Kiai Asad," kata dia.
Ia mengemukakan bahwa dulunya mungkin tidak banyak yang mengenal KHR Asad Syamsul Arifin, pendiri Ponpos Sukorejo sekaligus tokoh terkemuka Nahdlatul Ulama semasa hidupnya.
"Tapi setelah ditetapkan sebagai pahlawan nasional, Kiai Asad dikenal tidak saja di Situbondo, melainkan di Jawa Timur, bahkan nasional," kata cucu KHR Asad ini.
Ia mengajak semua kalangan yang berkait dengan Kiai Asad, baik santri, keluarga maupun masyarakat luas menjaga nama baik ulama yang semasa perjuangan dikenal sebagai pendiri dan komandan pasukan Palopor yang berjuang di wilayah Kereresidenan Besuki dan Madura itu.
Pewarta: Masuki M. Astro
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016