“Dua upaya tersebut akan kami programkan, sehingga penghasil dan pengrajin rotan kita dapat bangkit kembali dan skalanya bisa diperluas," kata Airlangga melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Airlangga menyatakan, Kemenperin akan mengarahkan desain dan inovasi produk rotan mengikuti tren pengguna global saat ini.
Menurut Airlangga, bantuan teknik bisa meliputi pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan serta pemberian mesin dan peralatan.
Sedangkan, peningkatan akses pasar dapat melalui promosi ke negara-negara tujuan ekspor seperti keikutsertaan pada pameran tingkat internasional.
Menurutnya, tantangan bagi pelaku industri ini adalah munculnya produk substitusi rotan imitasi plastik yang mulai mengambil porsi rotan alam.
Untuk itu, diperlukan harmonisasi pelaku industri hulu dan hilir dalam penciptaan nilai tambah produk yang tinggi.
“Saat ini, industri rotan harus ditingkatkan profitnya. Tanpa keuntungan, tidak akan sustainable. Industri rotan harus punya untung cukup untuk menanam kembali dan promosi,” ungkapnya.
Apalagi, sektor ini menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar rakyat Indonesia.
Sebagai gambaran, Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia, di mana sebanyak 85 persen bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dari Filipina, Vietnam dan negara Asia lainnya. Daerah penghasil rotan di Indonesia berada di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua.
Sedangkan, sentra industri hilir rotan di Indonesia tersebar di beberapa kota seperti Cirebon, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Jepara, Kudus, Semarang, Sukoharjo, dan Yogyakarta.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016