Dalam siaran pers ABAC yang beredar di pusat media Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Lima, Peru, Minggu pagi waktu setempat, menyebutkan bahwa untuk meningkatkan ketahanan ekonomi di kawasan, ABAC mendesak para pemimpin APEC melakukan tindakan nyata melalui peraturan perundang-undangan yang menjamin pemerataan pertumbuhan ekonomi.
ABAC melihat bahwa persoalan utama yang masih menghambat kesetaraan pertumbuhan ekonomi adalah masih rendahnya masyarakat dunia yang memiliki akses dengan internet.
"Sampai hari ini hanya 43 persen penduduk dunia yang terkoneksi internet. Ini berarti masih ada sekitar 4,2 miliar penduduk yang tidak memiliki akses sambungan digital," demikian pernyataan ABAC.
Oleh sebab itu, ABAC meminta para pemimpin ekonomi APEC untuk bekerja keras membangun infrastruktur digital yang bisa menjadikan kawasan Asia-Pasifik lebih efisien dan berdaya saing.
Dalam rekomendasinya, ABAC juga mendorong para pemimpin APEC mengeluarkan kebijakan yang mendukung sektor usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kaum perempuan, dan generasi muda.
"Butuh kebijakan yang signifikan untuk mendukung akselerasi integrasi ekonomi di kawasan sebagaimana dalam proposal Area Perdagangan Bebas Asia-Pasifik (FTAAP) yang merupakan tujuan utama APEC," demikian ABAC dalam rekomendasinya.
Dalam rekomendasi yang beredar di kalangan pers itu, ABAC menganggap bahwa sektor UMKM justru menjadi penggerak utama kewirausahaan dan ketenagakerjaan. Peran UMKM juga sangat penting dalam perdagangan dan invetasi di kawasan.
ABAC menyuarakan kepentingan sektor bisnis di APEC yang berkomitmen untuk bekerja bersama menciptakan kesejahteraan masyarakat di kawasan Asia-Pasifik.
KTT APEC di Ibu Kota Peru itu dibuka oleh Presiden Pedro Pablo Kuczynski, Sabtu (19/11) siang waktu setempat yang dihadiri 21 pemimpin ekonomi, di antaranya Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
KTT APEC berakhir pada Minggu malam waktu setempat yang ditandai dengan penyerahan keketuaan dari Presiden Peru kepada Presiden Vietnam Tran Dai Quang yang akan menjadi tuan rumah pada 2017.
Pewarta: M Irfan Ilmie
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016