• Beranda
  • Berita
  • Energi matahari solusi sumber listrik di daerah terpencil

Energi matahari solusi sumber listrik di daerah terpencil

24 November 2016 16:28 WIB
Energi matahari solusi sumber listrik di daerah terpencil
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat berfoto bersama pada sela-sela acara Workshop Nasional Industri Fotovoltaik didampingi Dirjen ILMATE I Gusti Putu Suryawirawan (kiri), Staf Ahli Menteri Bidang Penguatan Struktur Industri selaku Ketua Konsorsium Ngakan Timur Antara (lima dari kiri), Ketua Panitia Workshop Didi Apriadi (tiga dari kanan), serta Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi Andhika Prastawa (empat dari kanan) di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Penggunaan sinar matahari sebagai sumber energi dapat menjadi solusi, khususnya di daerah terpencil dan pedalaman yang masih mengalami kesulitan listrik.

Demikian disampaikan Ketua Umum Konsorsium Kemandirian Industri Fotovoltaik Nasional (KKIFN) Ngakan Timur Antara pada Workshop Nasional Industri Fotovoltaik di Jakarta.

"Karena daerah-daerah terpencil belum seluruhnya tersentuh oleh jaringan PLN, yang mana panel surya menjadi solusi yang bagus karena teknologinya berkembang terus sehingga diharapkan harganya pun akan semakin terjangkau," kata Ngakan di Jakarta, Kamis.

Ngakan menyampaikan, pada Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) menyebutkan industri pembangkit energi termasuk adalah industri modul surya diposisikan sebagai sektor prioritas yang perlu didorong pengembangannya hingga tahun 2035.

RIPIN tersebut menyatakan, fasilitasi pendirian pabrik yang mengolah material menjadi komponen pembangkit listrik tenaga surya dan fasilitasi alih teknologi industri sel surya adalah bagian dari program pengembangan industri prioritas yang dilaksanakan bersama oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, dan swasta.

Menurut Ngakan, mengurangi pemakaian energi berbasis fosil sehingga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca merupakan langkah positif dalam melindungi bumi dari pemanasan global serta mengurangi penderitaan umat manusia akibat kekurangan pangan.

"Komitmen Pemerintah dalam mengurangi penggunaan energi fosil tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), di mana pemerintah menyusun arah kebijakan dan strategi untuk meningkatkan peran energi baru terbarukan dalam bauran energi," tuturnya.

Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi BPPT Andhika Prastawa mengatakan, upaya mendorong kemandirian energi akan mampu menggerakkan sektor-sektor ekonomi strategis termasuk industri domestik. 

"Karena industri sebagai salah satu kontributor utama yang memberikan efek positif bagi penciptaan nilai tambah, transfer teknologi, dan penciptaan lapangan kerja baru," ujarnya.

Dalam hal ini, menurut Andhika, BPPT bertugas melakukan pengkajian dan penerapan teknologi mulai hulu sampai hilir. 

"Kami akan memberikan rekomendasi pemilihan teknologi, delivery, serta upaya-upaya teknis," tuturnya.

Untuk itu, pihaknya mendukung penerapan teknologi fotovoltaik sebagai pengganti pembangkit listrik di daerah-daerah, terutama yang tidak mempunyai sumber energi lain.

"Dengan sistem hybrid Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan energi terbarukan akan memberikan manfaat positif untuk daerah, selain juga memberikan peluang pasar bagi industri fotovoltaik di Indonesia," ungkapnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016