Pontianak (ANTARA News) - Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Batalyon Infantri 131/Braja Sakti (Satgas Pamtas Yonif 131/BRS) mengamankan sekira 8.000 bibit udang windu ilegal asal Malaysia, kata Komandan Satuan Setngkat Kompi (SSK) 1 Kapten (Inf) Didik Lipur.Patroli yang menemukan delapan boks sterofoam berisi 16 kantong bibit udang windu/fename ..."
"Digagalkannya upaya penyeludupan ribuan ekor bibit udang windu tersebut Sabtu (26/11) sekitar pukul 21.30 WIB, yang berawal dari kecurigaan anggota Pos Satgas Pamtas Yonif 131/BRS yang sedang melakukan patroli," ujarnya saat dihubungi di Pontianak, Minggu.
Ia menimpali, "Patroli yang menemukan delapan boks sterofoam berisi 16 kantong bibit udang windu/fename, yang diduga dari Malaysia dan tinggalkan pemiliknya tak jauh dari patok D 198, yang merupakan Jalan Inspeksi Patok Perbatasan (JIPP)."
Usaha penyeludupan bibit udang dari Malaysia itu, dikemukakannya, melalui jalan setapak, yang juga sering disebut "jalan tikus", dekat patok D 198, di Dusun Aruk Desa Sebunga, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
"Temuan itu kemudian diperiksa dan ditemukan dua kantong ukuran lima liter udang windu, yang masing-masing berisi sekitar 1.000 bibit udang dalam setiap kantong," ungkapnya.
Barang bukti itu diserahkan ke Kantor Karantina Ikan Entikong Wilayah Kerja Aruk oleh Komandan SSK 1 Kapten (Inf) Didik Lipur kepada pegawai karantina, Shalihin.
"Sampai saat ini pemilik paket berisi bibit udang windu tersebut tidak diketahui. Ada kemungkinan pemiliknya kabur ketika melihat ada petugas saat melakukan patroli tersebut," katanya menambahkan.
Staf Kantor Karantina Ikan Entikong Wilayah Kerja Aruk, Salihin, menyatakan bahwa bibit udang windu tersebut diduga berasal dari Malaysia yang akan dikirim ke daerah Kecamatan Jawai atau Kecamatan Selakau, Kabupaten Sambas, mengingat kedua wilayah tersebut merupakan penghasil udang windu.
"Berdasarkan peraturan yang berlaku bahwa bibit udang windu yang diamankan itu harus dimusnahkan untuk mengantisipasi kemungkinan penyebaran penyakit atau kemungkinan mengandung virus early mortality syndrom yang berasal dari Malaysia," demikian Salihin.
Pewarta: Slamet Ardiansyah dan Andilala
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016