• Beranda
  • Berita
  • Keampuhan vaksin HIV pertama mulai diuji di Afrika Selatan

Keampuhan vaksin HIV pertama mulai diuji di Afrika Selatan

29 November 2016 11:01 WIB
Keampuhan vaksin HIV pertama mulai diuji di Afrika Selatan
- (Pixabay/PublicDomainPictures)
Washington (ANTARA News) - Studi keampuhan vaksin HIV pertama yang akan berlangsung tujuh tahun untuk menguji apakah modifikasi kandidat vaksin bisa memberikan perlindungan efektif terhadap virus penyebab AIDS dimulai di Afrika Selatan, kata Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (National Institutes of Health/NIH) pada Senin (28/11).
 
Studi yang disebut HVTN 702 itu ditujukan untuk mendaftar 5.400 pria dan perempuan berusia 18 sampai 35 tahun yang aktif secara seksual, menjadikannya uji klinik vaksin HIV paling besar dan canggih yang berlangsung di Afrika Selatan, tempat lebih dari 1.000 orang terinfeksi HIV setiap hari. 

"Jika dikerahkan bersama perangkat senjata terkini kami yang sudah terbukti bisa mencegah HIV, vaksin yang aman dan efektif bisa menjadi paku terakhir pada peti mati HIV," kata Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (National Institute of Allergy and Infectious Diseases/NIAID) yang merupakan bagian NIH, dan penyelenggara uji klinik tersebut.

"Bahkan vaksin yang secara moderat efektif akan secara signifikan menurunkan beban penyakit HIV dari waktu ke waktu di negara-negara dan populasi dengan tingkat infeksi HIV tinggi seperti Afrika Selatan."

Rejimen vaksin eksperimental yang diuji dalam HVTN 702 didasarkan pada vaksin yang diteliti dalam uji klinik RV144 di Thailand, menunjukkan bahwa vaksin 31,2 persen efektif mencegah infeksi selama 3,5 tahun lebih setelah vaksinasi.

Rejimen vaksin baru sudah disesuaikan dengan subtipe HIV yang menonjol di bagian selatan Afrika dan uji klinik awal kecil yang melibatkan 252 orang menunjukkan bahwa itu aman untuk peserta studi dan imbasnya pada respons kekebalan sebanding dengan yang dilaporkan pada RV144.

Uji klinik baru yang dilaksanakan di 15 lokasi di seluruh Afrika Selatan ditujukan untuk menguji apakah vaksin itu akan memberikan perlindungan lebih besar dan lebih berlanjut dibandingkan dengan rejimen RV144.

Para relawan akan secara acak akan diberi rejimen vaksin yang masih dalam penelitian itu atau plasebo. Seluruh peserta akan mendapat total lima suntikan selama satu tahun dan hasilnya akan diketahui akhir 2020.

"HIV sudah merenggut banyak kematian di Afrika Selatan, tapi sekarang kami memulai eksplorasi ilmiah yang bisa sangat menjanjikan bagi negara kita," kata Kepala Protokol HVTN 702 Glenda Gray, presiden dan pemimpin eksekutif Dewan Riset Medis Afrika Selatan.

"Jika vaksin HIV berhasil di Afrika Selatan, itu akan secara dramatis mengubah haluan pandemi," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016