Magelang (ANTARA News) - Penyanyi Trie Utami dan Jaringan Kampung (Japung) Nusantara menciptakan alat musik dawai karma wibangga terinspirasi oleh relief karma wibangga di Candi Borobudur.Ini bukan sekadar alat musik. Bayangkan abad VII masyarakat Borobudur sudah memainkan alat musik
Trie Utami di Magelang, Kamis, mengatakan ia membuat tiga dawai dengan ukuran dan bentuk berbeda. Dawai tersebut dibuat dari kayu jati dan dipahat oleh seniman asal Situbundo, Alligardy.
"Dawai ini merupakan wujud hasil kegelisahan kami atas Candi Borobudur. Dawai kami buat sesuai ukuran aslinya pada masa itu," katanya dalam "Sonjo Kampung di Omah Mbudur" di Dusun Jowahan, Desa Borobudur, Kabupaten Magelang.
Menurut dia dawai karma wibangga berbeda dengan dawai asal India maupun daerah lainnya. Dia berharap alat musik ini bisa menjadi ciri khas Candi Borobudur dan kelak bisa membantu mewujudkan gagasan sounds of Borobudur.
Pendiri Omah Mbudur, Nuryanto mengatakan para seniman Borobudur sangat mengapresiasi hasil kerja Trie Utami dan kawan-kawan.
Ia mengatakan Candi Borobdur ibarat lentera di mana orang yang berada jauh justru diterangi namun yang berada di dekatnya justru gelap.
"Jika ingin maju warga Borobudur harus menyatu dengan lentera. Semoga Borobudur semakin mendunia. Kami bangga alat musik ini dimainkan pertama kali di Omah Mbudur," katanya.
Camat Borobudur Nanda Cahya Pribadi mengatakan banyak warga Magelang yang belum tahu jika Candi Borobudur adalah perpustakaan kebudayaan yang luar biasa.
Ia berharap dawai karma wibangga dapat menjadi tonggak kebangkitan budaya Borobudur.
"Ini bukan sekadar alat musik. Bayangkan abad VII masyarakat Borobudur sudah memainkan alat musik. Dalam suasana apa leluhur kita memainkan alat musik ini. Candi Borobudur adalah pusat kebudayaan, Borobudur tonggak kejayaan bangsa Indonesia," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016