" Prevalensi Thalassemia cukup tinggi, penyebab utamanya adalah faktor genetik maka salah satu jalan keluarnya adalah dengan cara memutus mata rantai genetik pembawa sifat Thalassemia tersebut," ujar Deisti di Jakarta, Jumat.
Prevalensi penyakit tersebut di Tanah Air terbilang tinggi yakni mencapai 8 persen. Sedangkan berdasarkan data WHO, malah lebih tinggi yang mencapai 10 persen.
"Jakarta menduduki angka kedua tertinggi di Indonesia, yakni mencapai 12,3 persen," katanya.
Untuk itu, dia menghimbau kepada Kementerian Kesehatan untuk dapat terus memberikan edukasi dan sosialisasi pencegahan Thalasemia. Menurut dia, sebagian masayarakat masih tabu dalam hal memeriksakan diri terkait ada tidaknya penyakit genetik.
"Mengingat prevalensi penyakit Thalasemia yang tinggi di Indonesia, perlu kiranya ada kesadaran dari masyarakat agar dapat memeriksakan diri untuk memastikan ada tidaknya pembawa sifat Thalasemia, khususnya bagi pasangan yang akan menikah. Ini adalah tugas dari penyuluh dari Kementerian Kesehatan," ujaranya.
Dalam kesempatan tersebut, Deisti yang juga Ikatan istri partai Golkar (IIPG) bekerja sama dengan Ikatan Istri Fraksi Partai Golkar (IIFPG) mengunjungi pasien Thalasemia, di Rumah Sakit Harapan Bunda, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Kunjungan tersebut ditujukan sebagai bentuk kepedulian kepada penderita Thalasemia, penyakit yang disebabkan gangguan genetik dimana tubuh tidak dapat memproduksi sel darah secara normal.
Dalam program tali kasih ini juga mengungkapkan rasa salut-nya atas kesabaran dan penerimaan penderita Thalasemia, khususnya Thalasemia mayor, yang secara rutin mereka harus melakukan transfusi darah guna mengganti sel-sel darah yang rusak.
"Alhamdulillah, sebagian besar sudah menggunakan layanan BPJS Kesehatan, sehingga biaya yang besar dalam melakukan transfusi dapat membantu penderitaan mereka," kata dia.
(I025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016