• Beranda
  • Berita
  • Tujuan Rusia retas Pemilu AS; dongkrak Trump dan deskreditkan demokrasi AS

Tujuan Rusia retas Pemilu AS; dongkrak Trump dan deskreditkan demokrasi AS

16 Desember 2016 22:24 WIB
Tujuan Rusia retas Pemilu AS; dongkrak Trump dan deskreditkan demokrasi AS
Presiden Rusia Vladimir Putin (REUTERS/Mikhail Klimentyev/RIA Novosti/Kremlin )
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin diduga mensurvisi langsung peretasan yang dilakukan dinas intelijennya terhadap Pemilihan Presiden Amerika Serikat untuk mendeskreditkan demokrasi Amerika dan mendongkrak Donald Trump menjadi presiden AS, kata tiga pejabat AS seperti dikutip Reuters.

Kesimpulan dinas intelijen AS bahwa Rusia berusaha mempengaruhi Pemilu dengan cara meretas orang dan lembaga, termasuk badan-badan Partai Demokrat, telah membuat marah Presiden terpilih Donald Trump yang menyatakan dia telah memenangkan Pemilu 8 November dengan jujur. Rusia sendiri membantah tudingan telah mengintervensi Pemilu AS.

Namun seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan Putin kemungkinan mengetahui serangan siber itu.

"Saya tak menganggap apa-apa yang terjadi dalam pemerintahan Rusia terjadi tanpa sepengetahuan Vladimir Putin," kata Ben Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih, kepada MSNBC. "Pada saat kita membicarakan penyusupan siber besar semacam ini, maka kita pada dasarnya membicarakan level puncak pemerintahan."

Para pejabat AS yang mengetahui informasi intelijen menyangkut isu ini menyatakan bahwa meretas kelompok dan tokoh politik AS pada awalnya menjadi fokus peretasan.

"Ini dimulai semata sebagai upaya menunjukkan demokrasi Amerika tidak lebih kredibel ketimbang demokrasi versi Putin," kata salah seorang pejabat yang menolak menyebutkan jati dirinya itu.

"Itu perlahan-lahan akhirnya melibatkan penyebarluasan kekurangan-kekurangan Hillary Clinton dan mengabaikan hasil peretasan kepada lembaga-lembaga Partai Republik yang juga diretas Rusia," kata pejabat itu.

Sampai musim gugur, peretasan itu menjadi usaha untuk membantu kampanye Donald Trump karena "Putin percaya Trump akan lebih bersahabat kepada Rusia, khususnya dalam soal sanksi ekonomi, ketimbang lawannya dari Demokrat, Hillary Clinton".

Belum lama ini Presiden Barack Obama yang berasal dari Partai Demokrat menyatakan kepada National Public Radio bahwa AS akan menindak Rusia.

"Saya kira tak ada keraguan bahwa ketika ada pemerintahan asing yang berusaha mempengaruhi integritas Pemilu kita, kita mesti mengambil tindakan dan kita akan bertindak," kata Obama.

NBC belum lama ini melaporkan bahwa para pejabat intelijen AS sangat yakin Putin terlibat langsung dalam kampanye siber Rusia terhadap AS.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016