• Beranda
  • Berita
  • Perusahaan Jerman cari mitra lokal kembangkan gasifikasi batubara

Perusahaan Jerman cari mitra lokal kembangkan gasifikasi batubara

13 Januari 2017 14:46 WIB
Perusahaan Jerman cari mitra lokal kembangkan gasifikasi batubara
Produksi Batubara Alat berat membawa batubara di Area Penambangan Batubara Kaltim, Jumat (19/8/2016). Berdasarkan data Kementerian ESDM produksi batubara hingga semester pertama sekitar 30 persen dari total target produksi sebesar 419 juta ton pada 2016. (ANTARA/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan asal Jerman, PT Zemag Clean Energy Techology GmbH sedang mencari mitra lokal untuk mengembangkan gasifikasi batubara di Indonesia.

"Sedang menjajaki dan mencari local partner untuk membuat demonstration project," kata Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat.

Perusahaan tersebut telah menyatakan minatnya berinvestasi di Indonesia untuk mengembangkan turunan dari gasifikasi batubara.

Sigit menilai, dibutuhkan investasi sekitar Rp13 triliun untuk menghasilkan 1.000 metrik ton turunan gasifikasi batubara.

Ia menambahkan, pabrik untuk pengembangan gasifikasi batubara bisa dibangun di wilayah Kalimantan.

Menurutnya, industri batu bara di Indonesia masih menarik bagi investor asing di tengah perlambatan ekonomi global.

Jika dihitung, dalam masa pengujian dapat mengubah 100.000 ton batubara menjadi 3.600 million metric british thermal unit (mmbtu) gas per hari.

Jika gas yang dihasilkan tidak digunakan, lanjut Sigit, bisa dipakai untuk industri dalam negeri dengan harga 4 dollar AS hingga 5 dolar AS per mmbtu.

"Investasi ini akan menghasilkan nilai tambah yang besar bagi industri dalam negeri. Untuk gasnya bisa dipakai di dalam negeri, tinggal dibangun infrastrukturnya," ujar Sigit.

Sigit menambahkan, pihaknya akan mencarikan rekanan lokal untuk bekerja sama dengan Zemag dalam membangun industri gasifikasi batubara.

"Kita punya cukup banyak batu bara yang berkalori rendah dan perlu dikonversi untuk menjadi gas sintetis, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk dan metanol. Kemungkinan perusahaan asal Jerman tersebut bekerjasama dengan perusahaan lokal agar projectnya bisa berjalan," kata Sigit.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017