Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meminta guru memusatkan kegiatan belajar-mengajar kepada pendidikan karakter anak didik.tolong anak-anak kita diajak agar menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Pancasila karena kalau tidak kita akan lupa bahwa kita ini memiliki lebih dari 700 suku, kita lupa punya lebih dari 1.100 lebih bahasa lokal, kebhinekaan ini yang perlu kita ingat
"Sejatinya pendidikan karakterlah yang menjadi inti dari pendidkan yang sesungguhnya. Kemajuan pendidikan sejatinya berpusat pada guru, pengajaran tertanam dari diri siswa dan akan terbawa terus sampai kapan pun," kata Presiden Jokowi saat membuka Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta International Expo (JIExpo), Kamis.
Jokowi mengatakan guru adalah sosok yang mencerahkan siswa.
"Peran guru sangat penting dan menjadi sosok yang mencerahkan, yang membawa alam pikir serta jiwa para siswa dan memupuk nilai-nilai kasih sayang, keteladanan, moralitas, dan kebhinekaan," ungkap Presiden.
Persoalannya, menurut Jokowi, interaksi sosial semakin menurun bahkan sampai tingkat keluarga.
"Juga terjadi pergeseran nilai-nilai, bersekolah juga kalau kita lihat sekarang ini hanya berkeinginan untuk mencari legalistik, mencari ijazah, bukan mencari ilmu. Hati-hati, kita juga perlu menyadari bersama bahwa modernisasi dan teknologi juga perlu dipagari sehingga yang negatif itu tidak menginvasi anak-anak kita," kata Jokowi.
Presiden menilai perubahan budaya bisa berasal dari budaya Barat dan dari negara-negara lain sehingga bisa melunturkan nilai-nilai kebhinekaan.
"Saya hanya ingin mengingatkan kita semua sekarang, yang namanya perang fisik boleh dikatakan mulai ditinggalkan, yang terjadi sekarang bukan lagi penguasan teritori tapi penguasaan sumber daya alam dan ekonomi. Oleh sebab itu saya perlu mengingatkan agar anak-anak perlu terus-menerus diingatkan nilai-nilai budi pekerti, kesopanan, kesantunan yang menjadi karakter Indonesia," kata Presiden.
Dia mengatakan penghancuran negara akhirnya bukan lagi melalui penguasaan teritori melainkan menggunakan ideologi dan serangan terhadap sistem mental.
"Dimulai dari penyerangan sosial budaya. Hati-hati yang akan terjadi nantinya adalah perang budaya, perang ekonomi, perang keuangan, perang informasi, perang dalam membangun sebuah persepsi. Inilah tekanan yang perlu saya sampaikan agar anak-anak kita," kata Presiden.
Salah satu cara untuk memagari anak agar tetap berkarakter Indonesia, menurut Presiden Jokowi, adalah dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan membaca Pancasila sebelum memulai pelajaran pada pagi hari.
"Saya tidak tahu apakah sudah dilakukan atau belum tapi perlu diingatkan sebelum pelajaran tolong anak-anak kita diajak agar menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Pancasila karena kalau tidak kita akan lupa bahwa kita ini memiliki lebih dari 700 suku, kita lupa punya lebih dari 1.100 lebih bahasa lokal, kebhinekaan ini yang perlu kita ingatkan kepada anak-anak," kata Presiden.
Cara lain adalah para guru memperhatikan secara serius perkembangan media sosial yang kerap diakses pelajar.
"Kita harus berikan perhatian serius terhadap perkembangan medsos yang pengaruhnya sangat dekat dan nyata kepada anak-anak kita. Kadang yang mendidik anak-anak kita adalah medsos. Hati-hati, kadang berita yang tersaji menampilkan seolah-olah kebenaran itu ada di medsos padahal belum tentu hal yang tersampaikan dalam medsos itu benar, banyak hal yang bohong," kata Jokowi.
Para guru diminta mengajari anak didiknya menyaring informasi mana yang benar dan mana yang keliru di media sosial.
"Anak-anak harus dididik untuk menyaring mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang salah mana yang benar. Kalau tidak hati-hati menimbulkan dekonstruksi berpikir anak-anak dan ini harus diantispasi sedini mungkin," kata Presiden.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017