Presiden ditanya soal "hoax" oleh siswa SMA

27 Januari 2017 23:15 WIB
Presiden ditanya soal "hoax" oleh siswa SMA
Presiden Joko Widodo (ANTARA /Puspa Perwitasari)
Magelang (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo ditanya soal cara menangani kabar atau informasi palsu yang kini dikenal dengan sebutan "hoax" oleh seorang siswa SMA Taruna Nusantara.

Seorang siswa SMA Taruna Nusantara bernama Feni asal Jombang, Jawa Timur, memberanikan diri untuk tunjuk tangan dan bertanya langsung kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal informasi palsu atau "hoax".

Feni bertanya langsung kepada Presiden dalam kesempatan sesi tanya jawab setelah Presiden memberikan ceramah pembekalan kepada siswa SMA Taruna Nusantara di Balairung Pancasila SMA Taruna Nusantara Magelang, Jumat petang.

"Bagaimana langkah Bapak Presiden untuk menangani berita hoax yang berpotensi memecah-belah persatuan dan kesatuan NKRI?" Tanya Feni.

Presiden Jokowi menjawab pertanyaan itu dengan berupaya memberikan penjelasan pada sekitar 1.106 siswa SMA Taruna Nusantara yang hadir dalam acara itu bahwa keterbukaan kini melanda hampir semua negara di dunia.

"Yang namanya hoax di media sosial, yang fitnah, yang hasutan, dan banyak sekali kabar-kabar bohong. Semua negara sekarang ini mengalami ya memang enggak bisa dihambat, enggak bisa dicegah," kata Presiden.

Presiden Jokowi mengaku sudah bertemu dengan banyak pemimpin negara lain dan mengeluhkan hal serupa.

"Satu-satunya jalan, seluruh masyarakat dan pemerintah bersama-sama menyampaikan hal-hal yang baik, yang benar untuk memerangi yang bohong-bohong itu dan ini mematangkan kita, akan semakin mendewasakan kita," katanya.

Seiring waktu masyarakat akan semakin dewasa dan sadar untuk bersikap cerdas dan tidak menelan mentah-mentah informasi yang diterimanya.

Ia juga mengajak para siswa untuk menggunakan internet untuk menyebarkan hal-hal yang positif.

"Bagaimana kita membentengi diri dengan kabar-kabar hoax di media sosial sehingga akan semakin mendewasakan kita," katanya.

Presiden juga percaya masyarakat Indonesia semakin cerdas sehingga ia tidak yakin kabar-kabar "hoax" akan memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada kesempatan itu, Presiden mendapatkan tiga pertanyaan; selain soal kabar "hoax" dua siswa SMA Taruna Nusantara juga menanyakan topik lain yakni tentang cara meminimalisir pro dan kontra saat mengambil keputusan dan pertanyaan yang ketiga soal cara mengarahkan generasi muda ke arah kegiatan yang positif.

Menanggapi kedua pertanyaan itu, Presiden mengatakan bahwa setiap pemimpin pasti memiliki risiko dalam mengambil keputusan, namun hal terpenting yakni bagaimana menghitung risiko agar dapat diminimalisir sekecil mungkin.

"Saat memutuskan hal paling penting, endapkan dulu emosi kita, endapkan dulu pikiran kita agar dalam memutuskan hal-hal yang penting bisa tepat tapi sebagai manusia, semua yang kita inginkan belum tentu sesuai dengan apa yang kita putuskan. Tapi pemimpin harus berani menerima risiko apapun," katanya.

Sedangkan untuk pertanyaan ketiga Presiden mendorong generasi muda untuk selalu menularkan "virus" pemikiran positif kepada lingkungannya.

"Pemerintah itu hanya memberikan garis kebijakan, memberikan panduan. Generasi muda, banyak-banyak bergaul dengan lingkungannya," katanya.

Pemerintah kata dia, memberikan ruang agar muncul motivasi, kreativitas, ide, dan gagasan baru dari generasi muda.

"Kalau kita membiasakan diri ke arah yang positif akan ke positif thinking dan mempunyai aura positif," kata Presiden.

(H016/T007)

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017