Fatayat NU tidak mengenal perbedaan

28 Januari 2017 19:52 WIB
Fatayat NU tidak mengenal perbedaan
ilustrasi Apel Lintas Iman Bela Negara Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj (ketiga kanan) dan Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini (kanan) bersama pemuka lintas agama mengangkat tangan seusai pembacaan ikrar saat apel kebhinekaan Lintas Iman Bela Negara di Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (17/1/16). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa) ()
Ambon (ANTARA News) - Ketua Pengurus Wilayah Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Maluku, Habiba Pellu mengatakan, organisasi ini bersinergi dengan seluruh elemen masyarakat dalam Bhinneka Tungga Ika, pluralisme, dan tidak mengenal perbedaan.

"Intinya Fatayat mencintai sebuah perbedaan dan kita mungkin mendengar NU maka persepsinya Islam melulu, tetapi dalam gerakan kemanusiaan tidak membedakan itu dan Alhamdulillah atas izin Allah SWT, kami hari ini bisa bersama-sama dan mudah-mudahan menjadi langkah awal ke depannya bisa ada kerja sama," kata Habiba Pellu di Ambon, Sabtu.

Penegasan itu disampaikan dalam kegiatan sosial penyerahan santunan kepada anak yatim dan piatu di Panti Asuhan Santo Maria dan Santo Yosep Ahuru yang bernaung dibawah Yayasan Rinamakana serta Pondok Pesantren Al-Anshor Airbesar Ambon.

Menurut Habiba, di Fatayat NU biasa memanggil sahabat yang berarti teman yang tidak mengenal usia, tingkat pendidikan, dan tidak ada perbedaan sehingga sahabat menjadi tradisi panggilan.

Fatayat merupakan organisasi sayap perempuan NU yang berdiri sejak tahun 1950 oleh Kiyai Haji Hasym Ashari yang merupakan kakek mantan Presiden RI Gus Dur.

"Intinya organisasi ini adalah badan otonom perempuan NU dan dalam rangka kehadiran di sini ada hajat besar berupa pelantikan, raker dan pengkaderan yang dijadwalkan berlangsung Februari 2017," katanya.

Wakil ketua I PW Fatayat Maluku, Siti Divinubun mengakatan, untuk kegiatan prapelantikan pengurus PW dan DPC Fatayat NU Kota Ambon, pihaknya memberikan santunan kepada anak yatim di Yayasan Rinamakana serta Al-Anshor.

"Terkait kegiatan ini, kami Fatayat Maluku sedikit berbagi untuk membangkitkan rasa solidaritas kepada sesama umat dan sebagai muslimin, kita coba menyampaikan bahwa diantara kita masih ada saling memiliki kepedulian dan fatayat sebagai perempuan cukup merasakan sesungguhnya masih ada yang berkekurangan dan membutuhkan uluran tangan-tangan baik dalam rangka untuk melihat prespek Maluku lebih baik ke depan," katanya.

Rangkaian pelantikan ini dibuat sedikit berbeda dengan dari sebelumnya dalam rangka untuk memotifasi separuh perempuan yang masih aktif melihat wajah Maluku yang sebenarnya.

Suster pimpinan Panti Asuhan Santo Maria dan Santo Yoseph, Florentina menyampaikan terima kasih kepada PW Fatayat NU atas sumbangsih yang diberikan kepada panti asuhan yang sementara mengasuh 67 anak yatim dan piatu.

"Anak-anak ini berasal dari sejumlah daerah di Maluku seperti Pulau Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, dan sekitar Pulau Ambon," katanya.

Panti asuhan yang didirikan sejak tahun 1975 ini selalu memberikan pembinaan spiritual, karatker, pendidikan, serta ketrampilan kepada anak-anak asuhannya.

Sementara Ketua Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anshor, Ustad Abu Imam Abdurahim Rumbara mengatakan, panti tersebut didirikan sejak tahun 2004 dan saat ini sedang mengasuh 181 siswa baik anak yatim maupun piatu.

"Ponpes kami juga sudah pernah mendapat kunjungan resmi dari pendeta protestan maupun khatolik dan kali ini dikunjungi lagi oleh para pengurus wilayah Fatayah NU Maluku dan DPD Fatayat NU Kota Ambon," katanya.

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017