"Ini tradisi tahunan perayaan Tahun Baru Imlek," kata Camat Tebing Tinggi Rizki Hidayat melalui surat elektronik seusai menandai pembukaan festival itu di Jalan Kartini, Selatpanjang.
Rizki Hidayat menjelaskan, Pemkab Kepulauan Meranti bersama Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau sudah tiga tahun berpartisipasi menyelenggarakan Festival Perang Air di Kota Sagu, Selatpanjang.
Pelaksana Tugas Kadis Pariwisata Kabupaten Meranti Ismail menyatakan, Festival Perang Air termasuk agenda wisata Provinsi Riau dan akan dimasukkan ke data agenda Kementerian Pariwisata.
Dia berharap, kelak festival itu dipromosikan secara nasional.
"Sejak tiga tahun terakhir kamia memprakarsai acara ini dan semakin baik dari tahun-ketahun. Semoga dapat menarik para pelancong baik lokal maupun mancanegara," ujar Ismail
Menurut Ismail, pada setiap Festival Perang Air di Meranti, ribuan wisatawan lokal dan mancanegara ke Selatpanjang hanya untuk menyaksikan dan ikut saling siram air.
Peserta yang akan ikut dipersenjatai ember berisi air dan pistol air besar. Mereka bebas saling siram dengan setiap orang yang menanti di pinggir jalan dan berpapasan. Baik yang berusia, maupun muda rela berbasah-basahan.
Pada acara ini Etnis Tionghoa dan Melayu berbaur dalam suasana yang akrab.
"Kabarnya acara ini hanya ada di Meranti dan negara Thailand," terangnya.
Festival Cian Cui belakangan juga sudah menjadi daya tarik bagi wisatawan dari Malaysia, Singapora, Thailand, Australia dan Tiongkok
Perang air ini merupakan tradisi masyarakat Tionghoa di Selatpanjang.
"Tradisi ini akan berlangsung enam hari sejak Imlek hari pertama. Perang air dimulai pukul 15.00 WIB hingga petang, di empat ruas jalan Selatpanjang (Diponegoro, Kartini, Imam Bonjol, dan A Yani-red).
Pewarta: Fazar/Vera
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017