Kondisi Danau Maninjau alami eutrofik berat

5 Februari 2017 17:15 WIB
Kondisi Danau Maninjau alami eutrofik berat
Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumbar. (FOTO ANTARA SUMBAR/Arif Pribadi)
Lubuk Basung, Sumbar (ANTARA News) - Wakil Bupati Agam, Sumatera Barat, Trinda Farhan Satria menyatakan kondisi pencemaran air Danau Maninjau eutrofik berat atau dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton atau alga sangat produktif.

"Saat ini air danau keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal," katanya yang juga ketua penyelamatan Danau Maninjau di Lubuk Basung, Minggu.

Ia mengemukakan eutropik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pakan ikan dan timbunan limbah rumah tangga yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor.

Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut mengakibatkan ikan akan mati.

"Ini disebabkan pembudidaya ikan terlalu banyak memasukan pakan ikan dan sisa pakan ikan di dasar danau sekitar 50 juta meter kubik. Apabila tidak diatasi secepatnya, maka kondisi air menjadi hypereutrofik atau sangat subur mengakibatkan ikan dan biota lain akan mati," katanya.

Selain sisa pakan, kondisi ini juga disebabkan rusaknya kawasan resapan air dan PLTA Maninjau.

Dengan kondisi ini, katanya mengakibatkan punahnya biota endemis, pencemaran di permukaan dan dasar danau.

"Dari 14 jenis ikan asli danau, hanya enam jenis yang masih ada dan sisa pakan ikan di dasar danau sekitar 50 juta meter kubik," katanya.

Untuk mengatasi ini, Pemkab Agam akan melakukan perbaikan kawasan resapan air, pengaturan pintu air, menghentikan penambahan keramba jaring apung, mengurangi keramba jaring apung.

Lalu, membersihkan permukaan danau dari enceng gondok, bekas keramba jaring apung, penyedotan sisa pakan ikan, penguatan regulasi, penyelamatan biota endemis danau.

Selain itu, melakukan normalisasi sungai, penanaman hutan dan lainnya.

"Untuk melakukan ini, kita membutuh dukungan pemerintah pusat, BUMN dan masyarakat karena ini pekerjaan sangat besar dan membutuhkan dana cukup banyak untuk membeli kapal, mesin penyedot dan lainnya," katanya.

Sebelumnya, Pemkab Agam dan masyarakat telah melakukan gotong royong untuk membersihkan enceng gondok, membersihkan bangkai ikan, membersihkan keramba jaring apung yang telah rusak dan menanam bibit tanaman produktif di sekitar danau.

Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Hilman Nugrogo, mengatakan KLHK mengalokasikan dana sebesar Rp2 miliar untuk membersihkan Danau Maninjau pada 2017.

Dana sebesar Rp2 miliar ini akan digunakan untuk pengadaan empat perahu dalam membersihkan enceng gondok, pengadaan alat pengolahan enceng gondok menjadi pupuk, pelatihan dan lainnya.

Selain mengalokasikan dana, KLHK juga menyerahkan bibit tanaman produktif sebanyak 17 ribu batang, bibit cengkeh 25 ribu batang dan membantu kebun bibit rakyat (KBR) dua unit.

Ke depan, ia berharap kementerian, PLN dan pihak lain juga terlibat dalam penyelamatan Danau Maninjau dari pencemaran dengan cara mengalokasikan anggarannya.

"Tidak bisa penyelamatan danau hanya KLHK saja, tetapi harus didukung semua pihak," katanya.

Pewarta: Altas Maulana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017