Setiaji, Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City, mengutarakan DKI Jakarta adalah megapolitan dengan masalah lalu lintas yang kompleks sehingga dibutuhkan solusi berbasis teknologi yang menghubungkan seluruh sistem transportasi agar proses informasi dan pengaturan lalu lintas kian efisien.
"Hal ini secara langsung dapat mengurangi masalah lalulintas, seperti kemacetan dan kecelakaan. Oleh karena itu sistem transportasi menjadi fokus utama kami dalam membangun Smart Cities Jakarta," kata Setiaji dalam diskusi Intelligent Transportation System yang diselenggarakan Komunitas Connected Government dan Alcatel-Lucent Enterprise di Jakarta, Kamis.
Setiaji memberi contoh, adanya sistem teknologi transportasi terintegrasi yang pada angkutan massal, kendaraan bermotor dan kepolisian, maka simpul-simpul kemacetan akibat kecelakaan atau pembangunan jalan bisa dipublikasikan sehingga rute tersebut dihindari pengguna jalan.
"Intinya kami siapkan publikasi yang masif bersama Ditlantas (Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya) sehingga informasinya bisa disampaikan. Itu sudah kami lakukan saat jalanan ditutup untuk lomba maraton bersama. Jadi sebelum dipusingkan macet, sudah tahu duluan," ucap Setiaji.
Ernest Lee, Vice President Government Vertical Alcatel-Lucent Enterprise (ALE) Asia Pasific meyakini penerapan sistem transportasi berbasis teknologi dan komunikasi memudahkan masyarakat di kota besar.
"Kami meyakini penerapan teknologi berfungsi sebagai pendorong yang memberikan kemudahan bagi masyarakat urban serta mendukung percepatan pembangunan Smart Cities di Indonesia," tutur Ernest Lee kemudian menambahkan pihaknya telah menerapkan Intelligent Transportation System (ITS) di Finlandia, China dan Jerman.
Bandung sebagai kota besar yang memiliki masalah kemacetan juga berupaya membangun sistem transportasi berbasis teknologi sebagai langkah awal menuju Smart Cities.
"Pemerintah Kota Bandung melakukan pemantauan transportasi di dua tempat kendali, Area Traffic Control System (ATCS) dan Bandung Command Center (BCC). Sistem ini mendukung efisiensi biaya dan efektivitas waktu karena pemantauan langsung," kata Ahyani Raksanagara Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung pada diskusi itu.
Ahyani menambahkan dengan teknologi yang terintegrasi maka ATCS bisa melakukan rekayasa lalulintas berdasarkan pemantauan dan analisa lalulintas dilakukan di BCC.
Selain itu, sistem yang disematkan pada kamera, sensor, marka jalan, dan sinyal dari kendaraan bermotor akan sampai ke pusat data guna dimaksimalkan untuk fungsi pengawasan area tertentu guna mencegah aksi kejahatan.
"Sistem berbasis komunikasi dan teknologi dapat diaplikasikan saat terjadi situasi darurat yang membutuhkan evakuasi secepatnya," kata Adios Purnama Country Manajer ALE Indonesia.
Setiaji pun membenarkan hal itu karena saat terjadi unjuk rasa besar-besaran, sebanyak 6.000 unit kamera pemantau (CCTV) di Jakarta dipantau terus-menerus oleh petugas.
"Kita punya 6.000 CCTV, saat demo CCTV kita dipakai untuk memantau oleh petugas," pungkas Setiaji.
Pewarta: Alviansyah P
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017