• Beranda
  • Berita
  • Pondok Boedihardjo seleksi pendongeng untuk lestarikan dongeng

Pondok Boedihardjo seleksi pendongeng untuk lestarikan dongeng

12 Februari 2017 13:11 WIB
Pondok Boedihardjo seleksi pendongeng untuk lestarikan dongeng
Peserta mendongengkan cerita saat Festival Dongeng di Gedung Pertemuan Daerah Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (27/5/2015). (ANTARA FOTO/ Aloysius Jarot Nugroho)
Borobudur, Jateng, (ANTARA News) - Pengelola Pondok Seni dan Budaya Boedihardjo di Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah bakal menyelenggarakan seleksi para guru di daerah setempat untuk upaya melestarikan tradisi mendongeng bagi anak-anak.

"Kami terus melestarikan tradisi mendongeng untuk anak-anak, termasuk akan melakukan seleksi para guru dari PAUD hingga SD yang bisa berkesempatan mendongeng di sini," kata salah seorang pengelola Pondok Seni dan Budaya Boedihardjo Borobudur Budi Ismoyo di Borobudur, Minggu.

Tradisi dongeng bocah di pondok seni di kompleks Hotel Pondok Tingal, sekitar 500 meter timur Candi Borobudur tersebut, dilaksanakan sebulan sekali, setiap Sabtu Pahing, dengan peserta anak-anak PAUD, TK, dan SD dari berbagai tempat, terutama di Kabupaten Magelang. Tradisi itu dikenal sebagai "Dongeng Bocah Sabtu Pahing".

Ia menjelaskan mendongeng untuk anak-anak menjadi sarana pembelajaran tentang budi pekerti dan bagian penting dari proses pembentukan kepribadian yang baik bagi mereka.

Hingga saat ini, kata Budi yang juga staf Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Borobudur itu, pihak pondok tersebut memiliki sekitar 15 guru TK dan SD dari beberapa sekolah yang secara rutin bergiliran melaksanakan tradisi "Dongeng Bocah Sabtu Pahing".

Sejak era 1990-an hingga saat ini, pihaknya sudah tiga kali melaksanakan seleksi untuk para guru yang berkesempatan mendongeng secara rutin di tempat tersebut.

"Kami telah merencanakan untuk melakukan seleksi lagi untuk menambah jumlah mereka. Seleksi tersebut dalam bentuk lomba," tuturnya didampingi pengelola Hotel Pondok Tingal Borobudur Ninik.

Pada kesempatan itu, Budi Ismoyo tidak menyebut secara detail tentang waktu yang direncanakan tahun ini untuk melakukan seleksi guru pendongeng bagi anak-anak.

Ia menjelaskan mendongeng bukan sekadar terkait dengan penguasaan materi dongeng oleh guru, akan tetapi juga menyangkut kemahiran mereka menyampaikan secara menarik suatu dongeng kepada anak-anak.

Mereka, katanya, juga dituntut kreatif memanfaatkan berbagai peraga mendongeng, seperti wayang dan boneka, agar tampilannya memikat anak-anak.

"Bisa menggunakan wayang yang beraneka macam atau boneka, sebagai peraga. Di tempat ini ada wayang kulit, ada wayang serangga dan lain-lain yang bisa digunakan secara kreatif sebagai peraga mendongeng. Cerita pun bisa dikemas secara kreatif dengan tetap menghadirkan nilai-nilai luhur budaya lokal," imbuhnya.

Pada Sabtu (11/2) sekitar 330 anak dari sejumlah SD dan MI di Kabupaten Magelang dan Yogyakarta mengikuti tradisi dongeng bocah bertempat di Pendopo Saraswati Pondok Seni dan Budaya Boedihardjo Borobudur dengan menghadirkan Junaedi, dalang yang juga pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017