"Penurunan spanduk reklame rokok adalah bentuk penolakan siswa, guru dan masyarakat sekitar sekolah terhadap promosi rokok yang dilakukan di sekitar sekolah," kata Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari melalui siaran pers diterima di Jakarta, Senin.
Lisda mengatakan aksi tersebut merupakan kelanjutan dari berbagai aksi kreatif "Tolak Jadi Target" yang dilakukan sebelumnya di bawah pendampingan Lentera Anak.
Selain menurunkan spanduk reklame rokok, para siswa juga menyosialisasikan penolakan mereka menjadi sasaran industri rokok sebagai perokok pengganti dan menggalang dukungan dari masyarakat sekitar sekolah.
Pembina Komunitas Sekolah Sebagai Kawasan Tanpa Rokok SMP Negeri 1 Bojong Gede Purwadi sangat menyayangkan masih banyak spanduk reklame dan iklan rokok yang mengelilingi sekolahnya.
"Iklan yang ditempatkan persis di gerbang sekolah sangat tidak pantas. Anak-anak setiap hari melihat iklan itu. Itu memengaruhi mereka untuk merokok," tuturnya.
Siswa SMK Al Basyariyah Nurheza menceritakan pengalamannya saat sosialisasi ke warung-warung di sekitar sekolah sebelum aksi menurunkan spanduk reklame rokok. Menurut dia, ada pemilik warung yang menolak spanduk reklame rokoknya diturunkan dan diganti.
"Mereka menolak karena ternyata menerima uang dari sales rokok setiap tiga bulan sekali untuk pasang iklan," ujarnya.
Kampanye "Tolak Jadi Target" merupakan kampanye yang dilakukan Yayasan Lentera Anak bekerja sama dengan dinas pendidikan di lima kota, yaitu Padang, Mataram, Bekasi, Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor dengan total 90 sekolah dampingan.
Tujuan kampanye itu adalah melindungi dan memperkuat anak-anak agar mampu menolak menjadi target industri rokok yang dengan sengaja menempatkan iklan rokok di sekitar sekolah.
Hasil monitoring Lentera Anak pada 2016 menemukan 61 merek rokok yang mengepung sekolah-sekolah di lima kota melalui reklame dan iklan.
Hasil studi Komnas Perlindungan Anak dan UHAMKA pada 2007, sebanyak 46,3 persen anak mengaku terpengaruh merokok karena melihat iklan rokok.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017