Menteri Perhubungan dalam peresmian angkutan permukiman tersebut di kawasan perbelanjaan Mangga Dua, Jakarta, mengatakan dengan hadirnya angkutan permukiman tersebut memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menggunakan angkutan umum dengan standar yang lebih baik, baik itu keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.
"Jadi, tolong ini disosialisasikan kepada warga karena ini kejumpaan antara fasilitas dan kebutuhan masyarakat," katanya.
Selain itu, ia juga berharap dengan adanya fasilitas yang menghubungkan dari titik keramaian ke perumahan dan sebaliknya (point to point), bisa mengurangi kemacetan karena tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi.
Dia menjelaskan bus-bus tersebut telah memenuhi standar yang aman dan nyaman, sehingga penumpang tidak perlu berdesak-desakan dan tepat waktu.
"Standar ini enggak boleh turun, pengelola kita yang pilih, kalau jelek tereliminasi," katanya.
Dia menambahkan, angkutan permukiman itu bisa menyasar semua golongan, baik kelas bawah ataupun kelas menengah karena untuk tarifnya hanya dihargai Rp20.000 per penumpang.
"Hanya dengan Rp20.000, penumpang sudah bisa sampai ke titik yang dituju, dibandingkan dengan kita naik kendaraan pribadi bayar tol sudah Rp20.000, belum bensinnya," kata dia.
Budi juga berharap para pengguna kereta rel listrik (KRL) bisa memanfaatkan fasilitas tersebut untuk menghubungkan dari stasiun ke perumahan.
Menurut Budi, pengoperasian angkutan permukiman tersebut oleh swasta merupakan langkah strategis di tengah penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur transportasi.
"Lebih baik uang pemerintah untuk pembiayaan LRT (kereta ringan), MRT (mass rapid transit) karena membutuhkan uang miliaran dan ditargetkan selesai 2019," katanya.
Untuk itu, Ia juga membuka peluang bagi swasta yang berminat untuk mengoperasikan bus JR Connexion.
"KRL itu sehari mengangkut 800.000 orang, jadi kalau pasar di sini bisa menampung separuh, berapa bus yang dibutuhkan, berapa besar swasta bisa mengambil peran," katanya.
Model bus permukiman tersebut, menurut dia, bisa diterapkan di kota-kota lain, seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lainnya.
Budi sebelumnya juga menuturkan pangsa angkutan umum hanya 14 persen, karena itu ia memerintahkan BPTJ untuk menaikkannya hingga mencapai 40 persen di 2019.
Dalam kesempatan sama, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Elly Adriani Sinaga mengatakan pihaknya telah melakukan survei yang hasilnya 76 persen masyarakat ingin pindah ke angkutan umum.
Elly menuturkan antusiasme masyarakat beralih ke angkutan umum memang cukup tinggi asalkan sarana transportasinya memadai dan nyaman.
"Hal ini yang memang menjadi prioritas pelayanan Bus JR Connexion di mana, interior bus ini memang terlihat sangat eksklusif, busnya sudah ber-AC (pendingin ruangan), Wi-Fi, kursinya bisa dimaju atau mundurkan," katanya.
Ia menambahkan kapasitas penumpang di dalam bus hanya untuk menampung 100 persen dari bangku yang tersedia bangku konfigurasi untuk dua penumpang dengan satu banjar sebanyak 11 baris dan enam bangku di deret paling belakang yang terpantau cukup luas serta tidak ada "pegangan" untuk penumpang berdiri.
Bus JR Connexion akan berangkat dari pemukiman seperti Grand Wisata (Bekasi), Bintaro Jaya (Bintaro), Bumi Serpong Damai (Serpong), Zam-zam Park (Bogor) dan Kota Wisata (Cibubur).
"Bus ini hanya akan berhenti di pusat kota Jakarta, misal, di FX Senayan, Blok M, dan kawasan Sudirman," katanya.
Untuk pengoperasian awal, dia menyebutkan akan tersedia 17 armada bus JR Connexion yang siap melayani masyarakat.
Selain itu, lanjut dia, keberadaan bus tersebut bisa diakses melalui aplikasi Moovit yang bisa diunduh di ponsel pintar.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017