• Beranda
  • Berita
  • Beda dengan Trump, Jerman kecam permukiman Israel di Palestina

Beda dengan Trump, Jerman kecam permukiman Israel di Palestina

17 Februari 2017 04:16 WIB
Beda dengan Trump, Jerman kecam permukiman Israel di Palestina
Pembangunan permukiman di Ramot, di daerah Tepi Barat yang dianeksasi Israel (22/1/2017). (Reuters/Ronen Zvulun)
Bonn, Jerman (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel memperingatkan bahwa pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina akan mengakhiri prospek solusi dua negara dan memicu konflik di Timur Tengah.

Pernyataan Gabriel ini berbeda dari pendirian pemerintahan Presiden AS Donald Trump di mana Uni Eropa ingin mendapatkan klarifikasi AS menyangkut sikap negara ini menyusul arah kebijakan Trump dalam proses perdamaian Timur Tengah.

"Kami perihatin bahwa pembangunan tak terbatas permukiman akan membuat solusi dua negara mustahil dan bisa meningkatkan risiko konflik di Timur Tengah, termasuk kemungkinan perang," kata Gabriel kepada wartawan. Pernyataan ini mencerminkan kian frustasinya Jerman atas aktivitas pembangunan permukiman di daerah Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Pemungutan suara oleh parlemen Israel Knesset yang melegalkan permukiman yang justru menyalahi hukum internasional telah memperumit situasi, kata Gabriel dalam jumpa pers pada pertemuan para menteri luar negeri G20.

Rabu lalu Trump mencampakkan komitmen AS terhadap solusi dua negara dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina sehingga meruntuhkan pilar besar kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah.

Namun sehari kemudian Duta Besar AS di PBB Nikki Haley menyatakan keliru jika AS tidak lagi mendukung solusi dua negara.

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault berkata kepada wartawan setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson bahwa posisi AS dalam Israel-Palestina membingungkan dan mengkhawatirkan.

Gabriel megatakan Jerman akan terus membela solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina dengan menyebutnya "satu-satunya opsi yang realistis dalam mengurangi konflik di kawasan itu dan mencegah kedaruratan sebuah perang baru."


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017