"Satu hektar gula merah yang sudah diolah selama satu bulan bisa menghasilkan kurang lebih dari Rp56 juta," kata wakil Bupati Siak Alfedri di Siak, Sabtu.
Pohon kelapa sawit yang telah tumbang itu dibelah pada bagian pucuknya yang mengeluarkan air dengan menetes. Tetesan itu kemudian ditampung untuk diolah menjadi gula merah dengan cara dimasak.
Dia mengatakan, masyarakat memakai sistem pola 2 banding 1. Dari dua hektar lahan sawit, satu hektar ditumbangkan untuk diproduksi menjadi gula merah dan satu hektarenya lagi dilakukan pembibitan. Begitu seterusnya, sehingga sumber kehidupan atau mata pencaharian tidak terputus.
"Dengan konsep yang dimiliki petani Kampung Seminai bisa menjadi contoh bagi petani sawit yang ada di kampung-kampung lainnya. Sehingga di waktu replanting berjalan tidak muncul kemiskinan baru. Kampung Seminar juga pernah terpilih menjadi desa teladan peringkat keenam dari 76 ribu desa di Indonesia pada tahun 2014 lalu," ungkap Alfedri.
Alfedri menerangkan, gula merah dari sawit ini telah menjadi produk unggulan bagi warga Kampung Seminai. Kendati demikian, petani sangat mengharapkan batuan kredit pinjaman dari perbankan dengan suku bunga yang rendah untuk membeli bibit sawit baru.
"Saat ini petani kesulitan dana untuk melakukan replanting. Menanggapi hal itu Pemkab Siak menghubungi pihak Bank Riau Kepri selaku, selaku perbankan daerah untuk melakukan kunjungan lapangan dengan melihat langsung produksi petani," sebutnya.
Petani ingin mengajukan pinjaman kredit untuk pembibitan dengan pinjman sebesar Rp10 juta/kepala keluarga. Ada sebanyak 600 KK yang akan meminjam, dengan total keseluruhan encapai Rp6 miliar.
"Pengembalian kredit ini nantinya dari kebun sawit yang masih ada saat ini dengan jangka waktu selama 1,5 tahun," sebutnya.
Pewarta: Fazar Muhardi dan Nella Marni
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017