"Untuk bisa seperti itu tentunya diperlukan peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi manufaktur terbaru. Produk hilir sendiri akan menguntungkan karena nilai jualnya lebih tinggi," katanya di Medan, Kamis.
Dia mengatakan itu saat mengunjungi PT Musim Mas, perusahaan yang bergerak di bidang persawitan di Kawasan Industri Medan (KIM) II yang diterima pendiri Musim Mas Group, Bachtiar Karim dan jajaran manajemen perusahaan itu.
Kunjungan ke Musim Mas, menurut Menperin, selain untuk berdiskusi mengenai pengembangan industri pengolahan minyak sawit, juga untuk melihat secara langsung proses produksi pengolahan minyak sawit yang terintegrasi dari hulu hingga hilir seperti minyak goreng, lemak pangan, oleokimia, dan biodiesel.
Musim Mas sendiri yang ternyata lebih dahulu mengembangkan industrinya dari hilir baru kemudian ke hulu bisa menjadi contoh.
Pemerintah sendiri, kata dia, ikut mendorong agar industri produk hilir persawitan terus berkembang.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan kebijakan Kementerian Perindustrian yang berupaya memfasilitasi pembangunan industri pengolahan limbah spent bleaching earth (SBE) agar segera beroperasi komersial sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku.
Kebijakan Kemenperin memfasilitasi pembangunan industri pengolahan limbah SBE agar limbah B3 dari pabrik minyak goreng tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif untuk urugan jalan raya dan beton pemukiman.
"Kemenperin sangat mendukung terobosan itu karena sejalan dengan visi Kabinet Kerja dalam mendorong investasi dan termasuk pembangunan infrastruktur," katanya.
Dukungan lain yang diberikan pemerintah di sektor persawitan adalah dengan menekan dan menghilangkan kampanye negatif sawit dengan mengintensifkan kampanye positif terhadap produk CPO Indonesia agar diterima pasar ekspor terutama Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Kemenperin yang juga sebagai salah satu anggota Komite Dewan Pengarah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) juga telah mengusulkan penurunan tarif, yang nantinya akan dibahas bersama kementerian terkait lainnya.
Selain itu, pemerintah sedang berkoordinasi dengan produsen dan industri pengemasan agar dapat menghasilkan produk minyak goreng yang harganya dapat terjangkau bagi masyarakat khususnya kalangan menengah ke bawah.
Direktur Operasional PT Musim Mas, Herman Tandinata, mengatakan, perusahaan itu telah beroperasi di 13 negara di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Serikat.
Perusahaan yang memproduksi 600.000 ton minyak sawit mentah per tahun itu memiliki 28.500 karyawan.
"Bisnis Musim Mas sudah terintegrasi penuh, mulai dari hulu sampai ke hilir dengan didukung logistik angkutan darat dan laut," ujarnya.
Musim Mas sendiri juga menjadi perusahaan kelapa sawit pertama di Asia Tenggara yang bergabung dengan Palm Oil Innovation Grup (POIG).
Musim Mas juga sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang mendapat sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk seluruh aset perkebunannya dengan luas 25.918 hektare.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017