"Totalnya ada 30 sepeda motor milik siswa yang terimbas luapan air, kondisinya rusak ringan, ada juga empat motor rusak berat karena terseret arus banjir," kata Kepala Sekolah SMA Negeri 2, Surya Setia Mulyana, saat ditemui, Selasa.
Surya mengatakan, peristiwa meluapnya air parit terjadi sekitar pukul 15.00 WIB, saat itu aktivitas belajar mengajar masih berlangsung. Lokasi yang diterjang banjir, merupakan lapangan yang digunakan untuk parkir kendaraan siswa dan juga untuk upacara bendera.
"Untung saat kejadian siswa sedang berada di ruang belajar, hujan juga sangat deras. Kondisi seluruh siswa baik-baik saja, hanya yang rusak dinding pembatas itu dan sepeda motor siswa," katanya.
Ia mengatakan, pihak sekolah tidak memiliki kemampuan untuk mengganti kerusakan sepeda motor milik siswa. Sekolah mengupayakan agar sepeda motor yang memiliki asuransi mendapat penggantian.
"Kita sama-sama menyadari ini musibah, kalau untuk menganti sepeda motor yang rusak, sekolah tidak punya anggaran. Hanya motor yang punya asuransi, dapat penggantian," katanya.
Lapangan seluas kira-kira lapangan sepakbola tersebut berada di sisi samping sekolah, membentang dari selatan ke utara, tidak menyatu dengan ruang kelas, kantor guru maupun ruangan lainnya.
Pada sisi Selatan, lapangan berbatasan dengan kebun jambu yang dibatasi dengan tembok dibangun tahun 2014 lalu. Di antara tembok dan kebun ada parit kecil, alirannya masuk ke selokan dekat lapangan sekolah.
Selokan tersebut memanjang ke utara, lalu mengalir ke selokan yang ada di perumahan warga yang dibatasi dengan tembok yang juga dibangun di tahun yang sama.
"Waktu kejadian itu, air meluap dan menjebol dinding pembatas di sisi selatan dan juga utara. Yang dinding utara menimpa tembok rumah warga," katanya.
Jebolnya tembok sepanjang kurang lebih tujuh meter tersebut, membuat limpasan air setinggi dua meter mengantar sepeda motor yang terparkir di lapangan. Air yang membawa material tanah dan juga puing tembok menghantan tembok sisi utara.
Terdapat tiga rumah yang berdampingan dengan tembok pembatas sekolah, dihuni oleh tiga kepala keluarga, satu pemilik dan dua penyewa. Jebolnya tembok membuat dinding rumah milik Hamid Setiawan (37) rusak.
Hamid beserta istri dan dua anaknya menjadi korban luapan air selokan, yang menyapu rumahnya hingga menyerat anak perempuan dan istrinya.
Hamid dan anaknya Dzahwan Armidio (6) selamat dalam peristiwa tersebut, hanya mengalami luka-luka. Sementara istrinya Anita Fauziah Fitria (25) dan anak perempuannya Dzia Mahira Zikra (4) meninggal dunia.
Keduanya meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ibu dan anak tersebut ditemukan terseret arus dari rumahnya sejuah 300 meter.
Luapan air sempat merendam rumah warga selama beberapa saat, termasuk rumah mantan Menteri Kehutanan MS Kaban yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017