Saat ini baru 25 kuota yang dimanfaatkan, dan harapannya peluang beasiswa dari Arab Saudi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. "Saya baru akan meminta tambahan jika memang kuota itu kurang," kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di Jakarta, Rabu.
Menurut Nasir, masih banyak masyarakat di Indonesia yang menganggap pendidikan tinggi Arab Saudi tertinggal, sehingga sejumlah kalangan masih enggan memanfaatkan fasilitas beasiswa tersebut. Namun setelah mereka datang dan melihat ke Arab Saudi ternyata fasilitas dan riset mereka berkembang dengan baik.
Perguruan tinggi Arab Saudi dalam 10 tahun lalu memang masih di bawah Indonesia, ujar Nasir. Pada 2016, posisi mereka ada di peringkat 225 dan saat ini berada di posisi 181 dari 500 perguruan tinggi terbaik di dunia.
"Kerja keras mereka luar biasa, maka kita ingin bekerja sama di bidang pendidikan tinggi maupun riset, khususnya di bidang mineral dan material ini," lanjutnya.
Sementara bersamaan dengan kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al-Saud ke Indonesia, kata Menristekdikti, akan ditandatangani nota kesepahaman (MoU) kerjasama riset dan pendidikan tinggi antara Indonesia dan Arab.
Kerja sama riset dan pendidikan tinggi khususnya pada bidang mineral dan material itu direncanakan akan berjangwaktu tiga tahun sejak 2017.
"Saya sudah komunikasi lama dengan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melalui Duta Besarnya di Jakarta untuk bisa mewujudkan kerja sama ini. Arab Saudi punya kerja sama riset luar biasa di bidang mineral dan material dengan Amerika Serikat dan Eropa, sehingga mereka lebih maju," kata Menristekdikti.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017