"Bangunan sekolah yang roboh ini baru diperbaharui pada 2014, dan seharusnya dapat bertahan selama 20 tahun. Tetapi karena kontruksi bangunan diduga asal-asalan membuat sekolah tersebut roboh," katanya.
Selain itu, ia juga meminta dinas terkait maupun pemborong yang membangun gedung sekolah tersebut agar bisa bertanggungjawab.
Dari data yang telah diidentifikasi, korban robohnya gedung sekolah itu yang sebelumnya berjumlah 20 orang bertambah menjadi 28 orang. Mereka tertimpa atap bangunan yang berbahan baja ringan dan genteng.
Dari 28 korban tersebut, 26 orang di antaranya dilarikan ke puskesmas terdekat untuk perawatan, sedangkan dua orang lainnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi karena mengalami luka parah.
Ia menambahkan, dalam kejadian ini seharusnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat segera turun.
"Itu cukup disayangkan, seharusnya pemerintah cepat mengambil keputusan guna memberikan solusi terbaik," katanya.
Sementara itu Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi, H. Daris, menyatakan turut berduka atas musibah ambruknya atap bangunan SMA Negeri 1 Muara Gembong yang mengakibatkan puluhan siswa kelas X terluka.
Seharusnya kejadian itu tidak perlu terjadi, dan harus diusut tuntas agar pelaku jera. Ini juga dapat menjadikan pembelajaran bagi dinas setempat dalam melakukan pengawasan setiap pembangunan.
"Belum lagi di kita masalah kurang ruang kelas baru, kurang bangku sekolah dan juga PPDB online yang selalu menjadi masalah," katanya.
Pewarta: Mayolus Fajar D
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017