Berbeda dari biasanya, produksi ke-147 Teater Koma itu digelar di Ciputra Artpreneur, Lotte Shopping Avenue, mulai dari tanggal 2 sampai 5 Maret 2017.
"Kendalanya adalah membuat tiketnya mahal, mendadak meninggalkan audience saya sekian lama dengan menaikan harga dua kali lipat," kata Ratna Riantiarno, pimpinan produksi Teater Koma, dalam preview media "Opera Ikan Asin" di Jakarta, Rabu (1/3).
"Tapi mereka harus tahu bahwa ada tempat yang lebih baik," sambung dia.
Selain mempertaruhkan reputasi full house, bertempat di lantai 13 sebuah pusat perbelanjaan, juga menjadi tantangan sendiri pada produksi Teater Koma kali ini. "Loading barang menyita waktu," ujar Ratna.
Dari segi lakon, "Opera Ikan Asin" juga menampilkan wajah-wajah baru. "Hanya dua pemain lama, selain itu pemain baru," kata sang sutradara Rano Riantiarno.
Teater Koma pertama kali mementaskan lakon tersebut pada 30 Juli hingga 8 Agustus 1983 di Teater Tertutup Taman Ismail Marzuki. Dipentaskan lagi pada 20-21 Agustus 1983 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.
Di tahun 1999, Teater Koma menampilkan lakon tersebut di Graha Bhakti Budaya pada 10-24 April 1999.
"Pada '83 dan '99 saya yang main jadi Mekhit," ujar Nano. Kini lakon utama pria itu diperankan oleh anaknya Rangga Riantiarno.
"Rangga bagus, Cornelia Agatha bagus, pemainnya sekarang bagus-bagus. Sekarang nyanyinya bagus, musiknya juga," kata Nano.
"Opera Ikan Asin" bercerita tentang si Raja Bandit Batavia, Mekhit alias Mat Piso menikahi Poli Picum tanpa seijin Ayahnya, Natasasmita Picum, juragan pengemis se-Batavia.
Picum mengancam Kartamarma, asisten kepala Polisi Batavia yang juga sahabat Mekhit, bahwa para pemgemisnya akan mengacaukan upacara pengobatan Gubernur Jendral yang baru.
Terpaksa Mekhit ditangkap, dia akan digantung tepat saat upacara penobatan, tapi saat tali menjerat leher, datang surat keputusan dari Gubernur Jendral.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017