• Beranda
  • Berita
  • 1.300 hektare sawah di Badung dapat asuransi gagal panen

1.300 hektare sawah di Badung dapat asuransi gagal panen

6 Maret 2017 15:13 WIB
1.300 hektare sawah di Badung dapat asuransi gagal panen
Sawah Terendam Banjir. Petani memanen padi di persawahan yang terendam banjir di Sayung, Demak, Jawa Tengah, Kamis (16/2/2017). Menurut data dari Kantor Kecamatan Sayung, sekitar 200 hektare areal persawahan terendam air dan terancam gagal panen akibat meluapnya Sungai Dombo yang tak mampu menampung debit air karena intensitas hujan tinggi. (ANTARA FOTO/Aji Styawan)

Pemkab Badung hanya memberikan asuransi untuk 1.300 hektare lahan sawah dari 10.000 hektare sawah di daerah ini yang berisiko sering terjangkit hama dan gagal panen akibat kekeringan dan cuaca ekstrem."

Mangupura (ANTARA News) - Sebanyak 1.300 hektare lahan pertanian yang beresiko gagal panen di Kabupaten Badung, Bali, mendapat bantuan asuransi dari pemerintah kabupaten untuk anggaran tahun 2017.

"Pemkab Badung hanya memberikan asuransi untuk 1.300 hektare lahan sawah dari 10.000 hektare sawah di daerah ini yang berisiko sering terjangkit hama dan gagal panen akibat kekeringan dan cuaca ekstrem," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I.G.A.K Sudaratmaja di Mangupura, Senin.

Upaya itu dilakukan Pemkab Badung untuk memberikan perlindungan dan rasa aman kepada petani yang sering gagal panen.

Ia mengatakan asuransi petani dianggarkan dari dana APBD Badung sebesar Rp62,5 juta untuk 1.300 hektare lahan.

"Semestinya premi asuransi ini dibayar petani sebesar Rp48 ribu persatu hektar sawah, namun saat ini premi pembayaran disubsidi pemerintah Kabupaten Badung," katanya.

Sudaratmaja mengatakan asuransi itu menjadi program pemerintah pusat yang juga ditindaklanjuti Pemkab Badung, di mana seharusnya 20 persen biaya polis dibayar petani namun disubsidi pemerintah daerah.

"Sedangkan 80 persen premi asuransi ini dibiayai pemerintah pusat melalui dana APBN. Untuk nominalnya saya tidak ingat untuk subsidi dari pemerintah pusat," katanya.

Ia mengatakan premi asuransi itu dibayarkan persemester selama tahun 2017 artinya pembayaran premi asuransi semester pertama untuk 650 hektare sawah yang terdampak di Badung.

Kemudian pada semester kedua untuk lahan pertanian seluas 650 hektare sehingga total lahan pertanian yang mendapat asuransi seluas 1.300 hektare.

"Hal ini dilakukan karena masing-masing musim memiliki risiko yang berbeda, contohnya kami lebih banyak mengansuransikan lahan pertanian di Badung saat musim hujan karena risiko kerugiannya sangat tinggi," katanya.

"Pemerintah pusat bekerja sama dengan Jasindo untuk meng-cover asuransi ini untuk petani akibat gagal panen yang disebabkan karena banjir, kekeringan dan serangan hama yang tingkat kegagalannya di atas 75 persen," katanya.

Untuk mengetahui persentase kegagalan itu, tim BPL akan turun ke lapangan untuk melihat sejauh mana dampak kerusakan lahan pertanian dan satu hektare lahan pertanian yang gagal panen mendapatkan klaim asuransi Rp6 juta.

Sudaratmaja menegaskan Pemkab Badung memberikan perhatian penuh terhadap kesejahteraan petani dan mengurangi beban petani untuk membayar premi yang juga termasuk program inovatif Bupati I Nyoman Giri Prasta dan Wakilnya I Ketut Suiasa.

Ia mengharapkan petani dapat merubah pola pikir agar mau mengansuransikan lahan pertaniannya yang tidak berisiko gagal panen dengan membayar premi secara pribadi tanpa menunggu subsidi dari pemerintah daerah.

Lahan pertanian yang sering mengalami kekeringan di Kabupaten Badung diantaranya di Desa Sembung, Carangsari dan Bengkel maupun daerah pesisir di Desa Cemagi.

Sedangkan lahan pertanian yang sering terkena hama tikus seperti di daerah Bongkasa.

"Daerah-daerah inilah yang kita prioritaskan untuk mendapatkan asuransi untuk tahun ini," ujar Sudaratmaja.

Pewarta: I Made Surya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017