"Kami atas nama Pimpinan Cabang IMM Abdya, mengecam tindakan keji yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertangung jawab yang menyebabkan dua warga Aceh menjadi korban," kata Ketua IMM Abdya, Masrian Mizani di Blangpidie, Rabu.
Masrian mengatakan, tindakan keji tersebut tidak hanya merusak tatanan demokrasi, akan tetapi juga terusiknya perdamaian yang selama bertahun-tahun telah terjaga dengan baik.
"Sebagai daerah yang menerapkan Syariat Islam. Seharusnya Serambi Mekkah ini menjadi contoh untuk daerah lain dalam menjaga dan menjalankan sistem demokrasi tanpa saling sikat-sikut dengan cara menghabiskan nyawa saudaranya sendiri," tuturnya.
Menurut dia, hampir setiap pelaksanaan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (pilkada), aksi kekerasan dengan cara melakukan penembakan seakan-akan tidak pernah alpa di wilayah paling barat Indonesia itu.
"Saya heran sekali, karena hampir setiap pilkada ataupun pemilu legislatif selalu saja terjadi aksi pertumpahan darah. Seakan-akan pesta demokrasi belum lengkap jika masyarakat belum trauma dengan lentusan senjata," katanya.
Padahal, lanjut dia lagi, para calon-calon yang bertarung dalam pesta tersebut sebelumnya telah berikrar ataupun bersumpah di hadapan masyarakat untuk melaksanakan pilkada yang aman tanpa adanya kekerasan, ternyata hanya basa-basi belaka.
"Memang tidak semua daerah. Tapi hampir setiap memasuki tahun politik, aksi kekerasan kerap terjadi di Aceh ini. Artinya, semboyan pilkada damai itu masih sebatas basa-basi. Dan harus kita akui bahwa kita belum siap untuk berdemokrasi seutuhnya," tuturnya.
Ia juga mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas aksi-aksi penembakan yang terjadi di Aceh, supaya kehidupan masyarakat benar-benar aman dari aksi premanisme brutal seperti yang terjadi di Kabupaten Aceh Timur baru-baru ini.
"Kami mahasiswa berharap TNI-Polri dapat menangkap pelaku penembakan Aceh Timur dan menghukum dengan seberat-beratnya. Supaya, pilkada ke depan bisa berjalan aman tanpa adanya tumpah darah dan tanpa adanya lagi suara letupan senjata," harapnya.
Sebelumnya, dua warga Dusun Simpang Tiga, Gampong Penarun Baru, Kecamatan Penarun, Kabupaten Aceh Timur, terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit setelah kritis ditembak sekelompok orang tidak dikenal (OTK).
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Aceh Kombes Pol Goenawan,korban luka tembak tersebut bernama Juman (51), pedagang sawit, dan Misno bin Imankarta.
"Penembakan kedua korban yang bertetangga itu terjadi Minggu (5/3) sekira pukul 02.30 WIB," kata Goenawan mengutip laporan Kapolres Aceh Timur AKBP Rudi Purwiyanto.
Berdasarkan informasi, kata Kombes Pol Goenawan, penembakan berawal ketika istri korban bernama Yatimen (45), melibat ada benda terbakar di teras depan rumahnya.
Lalu, ia memberitahukan kepada Juman. Korban membuka pintu rumahnya hendak melihat apa yang terbakar. Ketika membuka pintu, sekelompok OTK tersebut memberondong korban dengan tembakan dan mengenai leher korban Juman.
Selanjutnya, sekelompok orang tidak dikenal tersebut melarikan diri ke arah perkebunan sawit sambil menembak ke arah rumah Misno, tetangga korban Juman. Misno yang saat itu sedang mengintip situasi, terkena peluru di bagian perut.
Pewarta: Anwar
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017