Jerman khawatirkan rudal Rusia di Kaliningrad

9 Maret 2017 13:27 WIB
Jerman khawatirkan rudal Rusia di Kaliningrad
S-400 Triumph (Rusia: C-400 Триумф, Triumph; nama NATO: SA-21 Growler), sebelumnya dikenal dengan nama S-300PMU-3, sistem peluru kendali anti pesawat tempur yang dikembangkan Almaz Central Design Bureau, sebagai pengembangan dari cellarage S-300. Id mampu menjangkau hingga 600 km dengan kecepatan lesat proyektil hingga 17.000 km/jam. S-400 menggunakan empat kelas peluru kendali, yaitu 40N6 (400 km), 48N6 (250 km), 9M96E2 (120 km), dan 9M96E (40 km). (wikipedia.org)
Berlin (ANTARA News) - Keputusan Rusia untuk membangun secara permanen stasiun rudal Iskander di Kaliningrad, enklav Rusia di Laut Baltik, akan menandai kemunduran bagi keamanan Eropa, kata Menteri luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel,  kepada kantor berita Rusia, Interfax, senin.

Rusia mengatakan pada Oktober, mereka telah memindahkan balistik berkemampuan rudal nuklir di Kaliningrad dan mengerahkan sistem rudal udara S-400 sebagai pertahanan di sana. Pengerahan itu merupakan bagian dari rutinitas latihan, tetapi para pejabat militer barat khawatir bahwa hal itu akan menjadi permanen.

"Jika rudal Iskander ditempatkan di Kaliningrad secara permanen, akan menjadi penyebab keprihatinan besar dan pukulan untuk keamanan Eropa," kata Gabriel.

"Itulah sebabnya kami memantau apa yang terjadi di Kaliningrad dengan sangat hati-hati." Gabriel pergi ke Moskow pada Rabu setelah pertemuan dengan mitra Polandia di Warsawa.

Beberapa modifikasi dari peluru kendali Iskander-M mampu menjangkau target 700 km (450 mil), sehingga menempatkan ibukota Jerman Berlin dalam jangkauan Kaliningrad.

Lithuania, yang berbatasan dengan Kaliningrad, pada Januari mengatakan bahwa mereka berencana untuk membangun pagar kawat setinggi dua meter di sepanjang perbatasan, untuk menanggapi kekhawatiran atas sikap Rusia.

Gabriel mengunjungi Lithuania pekan lalu, dan bersumpah untuk menjaga pasukannya di wilayah tersebut selama dibutuhkan.

Dalam wawancara dengan Interfax, Gabriel menolak kritik Rusia tentang penyebaran 4.000 tentara NATO ke Polandia dan negara-negara Baltik, termasuk 400 tentara jerman di Lithuania.

"Jerman dan negara-negara NATO bukanlah yang pertama pergi ke daerah Baltik ," katanya, ia menambahkan bahwa jumlah pasukan Jerman wilayah itu sangat kecil dibandingkan pihak Rusia secara masif.


Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017