"Musisi, seniman, terbiasa untuk mengekspresikan apa yang dia rasa. Nah, tinggal sekarang kita masing-masing harus belajar," kata penyanyi dan pencipta lagu Tompi kepada ANTARA News, di Jakarta, Kamis (9/3).
Belajar yang dimaksud Tompi adalah belajar menganggap perbedaan dalam demokrasi berarti sikap salin menghargai.
"Demokrasi itu menuntut kita untuk belajar bisa menerima perbedaan. Kita tidak bisa memaksakan nilai yang kita anut sebagai kebenaran mutlak. Kalau enggak kayak kita, orang kita anggap sesat. Enggak bisa kayak gitu," ujar Tompi.
"Boleh kita beranggapan orang enggak tepat, orang salah, tapi itu buat diri kita sendiri, bukan buat kita ungkapkan. Ketika kita ungkapkan itu menjadi permusuhan, pertikaian, cikal bakal perpecahan. Ini yang namanya sikap saling menghargai," sambung dia.
Musisi yang juga dokter bedah plastik itu mengatakan beradu argumen harus saling menghargai, tidak menjelek-jelekkan. "Kalau sudah sampai ke taraf fitnah, sudah parah banget," ujar dia.
Tompi mengatakan pengguna sosial media termasuk artis harus belajar untuk menyaring, memilah berita-berita dan harus selalu kroscek, mencari tahu kebenaran berita tersebut.
"Kalau saya sekarang membiasakan diri, karena hoax itu sudah sebegitu bagusnya sampai kita enggak tahu kalau itu benar apa enggak, dan kita sering terjebak dengan mau mempercayai berita yang menyenangkan kita," kata dia.
Mengenai seorang stand up komedian Indonesia yang berkomentar tentang salah satu pemuka agama dan kemudian menuai kontroversi di medsos, Tompi berkomentar :
"Saya percaya dia enggak punya niat secara langsung menciderai perasaan orang lain, bukan itu maksudnya. Dan, sebenarnya dia tidak menghujat juga, based on yang dia percaya, dia baca sebuah sumber, sumber itu mengatakan hal yang tidak enak terhadap tokoh yang dimaksud kemudian dia memberikan komentar tentang itu. Kekeliruannya adalah kurang kroscek saja, dan itu sudah diakui," tambah dia.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017