Kupang (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kupang menegaskan Equinox merupakan fenomena alamiah, sehingga tidak benar pada saat kejadian suhu udara di Indonesia akan mencapai 40 derajat C.BMKG mengimbau agar masyarakat tidak mengkhawatirkan dampak dari Equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang yakni suhu akan mencapai 40 derajat Celsius
"Equinox merupakan fenomena alamiah, sehingga beredarnya berita yang menyebutkan bahwa di Indonesia pada saat kejadian akan mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis mencapai 40 derajat C," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kupang Hasanuddin, di Kupang, Jumat.
Menurut dia, equinox bukan merupakan fenomena seperti heatwave (gelombang panas) yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama.
Karena secara harafiah Equinox adalah salah satu fenomena astronomi yaitu Matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September 2017.
"Saat fenomena ini berlangsung di luar, bagian bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian Utara maupun Selatan," katanya.
Keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis. Rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36 derajat C.
Menyikapi hal ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari Equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang.
"BMKG mengimbau agar masyarakat tidak mengkhawatirkan dampak dari Equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang yakni suhu akan mencapai 40 derajat Celsius," katanya.
Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab/basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa/periode transisi/pancaroba.
Maka ada baiknya masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan.
"Kondisi cuaca cenderung masih lembab atau basah. Kita mengimbau masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca, yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan menjaga kesehatan," demikian Hasanuddin.
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017