“Kemenperin memiliki Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), yang merupakan satuan kerja Direktorat Jenderal IKM, berperan dalam peningkatan standar kompetensi sumber daya manusia industri, penumbuhan wirausaha baru dan mendorong program national branding untuk industri alas kaki,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih pada acara Temu Pelanggan BPIPI di Tangerang, Banten, Rabu.
Mengenai penguatan merek nasional, Gati menyebutkan, yang sudah terealisasi pada produk alas kaki melalui inisiasi dari Kemenperin, yakni Sepatu Ekuator dengan desain premium khusus pria. Sepatu Ekuator memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 80 persen.
Menurut Gati, sepatu ini diproduksi oleh pengrajin yang sudah berpengalaman puluhan tahun.
"Dengan pemilihan bahan baku yang terbaik, konstruksinya juara, hingga pengerjaannya yang apik membuat Ekuator hadir dengan kualitas yang beda dari sepatu-sepatu lain,” ungkapnya.
Sepatu Ekuator yang dibanderol dengan harga sekitar Rp2,5 juta ini sementara diproduksi oleh satu IKM, yaitu Fortuna Shoes yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat.
"Kedepannya, semua IKM bisa memproduksi sepatu ini sesuai standar produk dan kualitas yang sudah ditentukan. Kami juga memberikan pelatihan kepada IKM yang ingin memproduksi Ekuator,” tambah Gati.
Melalui pertemuan dengan para pelanggan BPIPI yang meliputi pemasok, pengrajin, dan pembeli ini, Gati berharap dapat menjadi ajang untuk saling memberikan masukan dalam pembuatan sepatu lokal yang memenuhi standard desain dan kualitas sesuai selera pasar saat ini.
“Dalam memenuhi kepuasan pelanggan terdapat rantai yang saling berkaitan antara supplier, manufacturer, dan buyer. Dalam kesempatan ini, akan dibahas tentang menyinergikan kebutuhan dan keinginan antara ketiga pelaku bisnis tersebut sehingga memperkecil kesenjangan,” paparnya.
Gati optimistis, peluang pengembangan IKM alas kaki di dalam negeri masih cukup besar karena dalam lima tahun terakhir terjadi peningkatan signifikan terhadap konsumsi perkapita masyarakat Indonesia terhadap alas kaki yang semula hanya 2 pasang menjadi lebih dari 3 pasang per tahun.
"Di masa mendatang, kami proyeksikan konsumsi alas kaki semakin naik seiring pertumbuhan penduduk dan daya beli masyarakat yang meningkat,” ungkapnya.
Kemenperin mencatat, pada tahun 2016, penambahan investasi IKM alas kaki diperkirakan sebesar Rp2.8 triliun dengan nilai produksinya sebesar Rp22,98 triliun. Pada tahun 2017, nilai produksi sektor ini diproyeksikan meningkat hingga Rp24,25 triliun.
Sedangkan, berdasarkan data BPS pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 15 (KBLI-15), IKM alas kaki tergabung dalam kelompok IKM penyamakan kulit dan produk kulit.
Data tahun 2010, menunjukkan, kelompok usaha tersebut berjumlah 32.910 unit dengan jumlah penyerapan tenaga kerja mencapai 114.495 orang di seluruh Indonesia.
Dari data tersebut, sebanyak 49 persen merupakan IKM alas kaki, selanjutnya 48 persen IKM produk kulit dan 3 persen IKM penyamakan kulit.
Sedangkan, penyerapan tenaga kerja pada masing-masing sektor, sebanyak 51 persen berada di IKM alas kaki, disusul 46 persen di IKM produk dari kulit dan sisanya 3 persen di IKM penyamakan kulit.
Kompetisi kreatif Sementara itu, dalam upaya peningkatan standard kompetensi dan penumbuhan wirausaha di sektor IKM alas kaki dalam negeri, Gati melihat, yang perlu disasar adalah generasi muda karena memiliki peluang dan potensi jangka panjang. Apalagi, populasi Indonesia pada tahun 2025 akan didominasi oleh mereka yang berusia 20-39 tahun.
“Potret segmen tersebut yang menjadi target program BPIPI untuk menumbuhkan lokal tenant baru dan penguatan lokal branding pada sektor alas kaki,” ujarnya. Menurut Gati, segmen ini mempunyai karakteristik unik sehingga dibutuhkan pendekatan yang kreatif untuk menciptakan ketertarikan pada pembuatan produk alas kaki.
Dalam hal ini, BPIPI akan memberikan ruang kreatif yang cukup luas untuk generasi muda Indonesia agar mau terlibat dalam pengembangan produk alas kaki nasional melalui Indonesian Footwear Creative Competition (IFCC) tahun 2017.
Kompetisi ini akan melombakan dengan paket 3in1, yaitu desain, fotografi, dan videografi. Total hadiah yang disiapkan sebesar Rp120 juta.
“Mengapa harus tiga bidang itu yang dilombakan? Karena kami melihat kecenderungan, tren, hobi dan perkembangan teknologi yang saat ini dan akan dikuasai oleh generasi muda,” terangnya.
Gati juga berharap melalui IFCC ini dapat mengenalkan lebih dekat tentang produk alas kaki kepada generasi muda, selain sebagai bagian dari perkembangan mode, juga bisa menjadi rencana bisnis yang menjanjikan sehingga akan tumbuh pelaku industri kreatif sektor alas kaki.
Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017