• Beranda
  • Berita
  • Retrospeksi kejayaan bus bersama Indonesia Classic n Unique Bus

Retrospeksi kejayaan bus bersama Indonesia Classic n Unique Bus

29 Maret 2017 21:36 WIB
Retrospeksi kejayaan bus bersama Indonesia Classic n Unique Bus
Unit Bus Kayu POWNIS Mitsubishi Colt Diesel 100 PS keluaran tahun 1987 milik PT Timah yang dipajang di pameran Indonesia Classic n Unique di Hall B2 JI Expo Kemayoran, Jakarta, 29 Maret - 1 April 2017. (ANTARA News/Gilang Galiartha)
Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah bus-bus jadul, hadir dipajang di Hall B2 JI Expo Kemayoran, Jakarta, pada 29 Maret - 1 April 2017 dalam rangkaian pameran bus-bus klasik Indonesia Classic n Unique Bus (InCUBUS).

Kehadiran unit-unit bus tersebut seolah menjadi wahana retrospeksi mengenang kejayaan saat bus masih menjadi primadona sekaligus moda transportasi pilihan utama masyarakat.

Semangat itu pula yang diusung InCUBUS, demikian disampaikan Project Coordinator InCUBUS, A.M. Fikri saat ditemui di lokasi pameran, Rabu.

"Ke depannya, bus bisa jadi budaya orang Indonesia. Ini bagian dari sejarah kita, ketika melihat ini ingatan orang-orang bisa terpantik kepada masa di mana bus masih populer," kata Fikri yang juga pendiri Haltebus.com tersebut.

Guna memantik ingatan tersebut, dihadirkan tak kurang dari 10 unit bus klasik, yang salah satunya merupakan bus baru yang memiliki cita rasa klasik.



Salah satu unit bus tertua adalah Chevrolet AA Series keluaran 1927 milik Hauwke Auto Gallery, yang bagian penghelanya -istilah untuk menyebut bagian moncong dan mesin bus- dipajang di tengah-tengah Hall B2 JI Expo Kemayoran.

Selain itu terdapat pula unit Mitsubishi Fuso R Series 470 keluaran 1963, yang awalnya digunakan sebagai angkutan TNI Angkatan Udara di Malang dan kini sudah berpindah tangan kepada Judi Setiawan Hambali, pemilik Perusahaan Otobis (PO) Sumber Alam.

Hadir pula Bus Kayu POWNIS Mitsubishi Colt Diesel 100 PS milik PT Timah, yang memiliki ikatan sejarah lekat dengan Bus Kayu di Bangka.

Kemudian, terdapat pula Mercedes-Benz OF 1113 keluaran 1973 milik PO Lorena, mobil tipe serupa keluaran 1971 milik Perum Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD), Mercedes-Benz OH 1113 keluaran 1991 milik pribadi serta Mercedes-Benz OH 1519 keluaran 1991 milik Perum PPD.

Sebagai penegasan bahwa bus, moda transportasi yang kerap dianggap ketinggalan, masih mampu bersaing memberikan pelayanan optimal adalah, kenyataan bahwa bus-bus klasik yang dipajang tersebut datang dikendarai, alias mesinnya masih mampu berjalan.

"Seperti milik Lorena itu dikendarai dari Bogor, kemudian milik Sumber Alam langsung dibawa dari Kutoarjo dan Bus Kayu POWNIS meluncur dari Bangka," kata Fikri.



Semangat bus sebagai moda transportasi pilihan, lanjut Fikri, seharusnya bisa dihidupkan kembali mengingat bus masih jauh lebih efektif dalam fungsi dasar transportasi, yaknk mengangkut orang dari satu titik ke titik lain.

"Satu bus gandeng itu berkapasitad 120 penumpang, kalau asumsi satu mobil pribadi mengangkut dua orang, maka satu bus gandeng itu setara 60 mobil pribadi," kata Fikri.

Dengan demikian, optimalisasi penggunaan bus seharusnya menjadi opsi prioritas untuk mengurangi kemacetan yang melanda kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta.

Untuk menegaskan semangat tersebut, hadir pula satu unit bus Mercedes-Benz OH 1526 milik Transjakarta yang didesain dengan rasa jadul, alias Transjakarta Vintage Series.


Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017