"Kedua Guru Besar ini telah mendalami dan mengembangkan ilmu kedokteran spesialisasi anak di Fakultas Kedokteran UI (FKUI)," kata Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) UI Rifelly Dewi Astuti dalam keterangan tertulisnya di Depok, Minggu.
Dalam prosesi pengukuhannya, Prof Sukman menyampaikan pidato bertajuk Identifikasi dan Intervensi Faktor Resiko Aterosklerosis pada Anak dan Remaja: Upaya Pencegahan Penyakit Kardiovaskular pada Usia Dewasa.
Sukman memaparkan penyakit jantung koroner (PJK) akhir-akhir ini menjadi penyebab kematian yang cukup tinggi di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan pada tahun 2020 PJK akan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia dibandingkan dengan tahun 1999 yang hanya menempati penyebab kematian di urutan ke-6.
Menurut Sukman penyakit kardiovaskular khususnya PJK disebabkan oleh suatu proses aterosklerosis berupa penyakit pada lapisan dalam pembuluh darah arteri yang berlangsung lama.
Proses tersebut berjalan perlahan-lahan, tidak menimbulkan gejala dan keluhan namun sampai pada akhirnya setelah usia di atas 30-40 tahun dan selanjutnya bila tidak teridentifikasi akan menyebabkan penyumbatan pembuluh koroner jantung dan terjadilah infark miokard yang disebut serangan jantung.
"Bila terjadi penyumbatan pembuluh darah di otak akibat aterosklerosis akan menyebabkan stroke yang juga mempunyai angka kematian yang cukup tinggi," katanya.
Sementara itu dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar bidang Pediatric Gastroenterologist, Prof Badriul menyampaikan pidato berjudul Kesehatan Saluran Cerna di Awal Kehidupan untuk Kesehatan di Masa Mendatang.
Prof Badriul menjelaskan kondisi kesehatan saat ini sangat erat kaitannya dengan kondisi saluran cerna di awal kehidupan. Mikrobiota sangat berperan dalam mewujudkan kesehatan saluran cerna.
Sistem kekebalan tubuh berkembang tidak normal bila saluran cerna tidak dikolonisasi oleh mikrobiota.
Kelahiran prematur, bedah caesar, pemberian susu formula, terapi antibiotika terlalu dini, kekurangan gizi, kebersihan bahkan hewan peliharaan merupakan faktor yang dapat menganggu perkembangan mikrobiota saluran cerna bayi.
Saat ini, terminologi yang ada menjadi kelemahan tersendiri bagi masyarakat awam di mana semua produk yang mengandung bakteri diberi nama probiotik.
Padahal kualitas sebagian besar dari produk tersebut tidak terkontrol karena dikomersialisasikan sebagai suplemen makanan.
Meski mikrobiota memberikan hasil positif hanya pada beberapa keadaan, tetapi pada kenyataannya saat ini mikrobiota diberikan kepada berbagai keadaan lain tanpa bukti ilmiah kuat yang mendukung penggunaannya.
Prof Badriul mengembangkan pemikiran akan intervensi mikrobiota pada awal kehidupan yang mungkin dapat mengubah komposisi mikrobiota saluran cerna pada bayi baru lahir serta memberi peluang sebagai pendekatan preventif untuk mengatasi ketidakseimbangan mikrobiota bayi.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017