Sekretaris Kedua KBRI/PTRI Wina, Austria Felicia Yuwono kepada Antara London, Selasa mengatakan hal tersebut tercermin pada partisipasi Delegasi RI pada pertemuan the 7th Review Meeting of the Convention on Nuclear Safety (CNS) - yang berlangsung di Wina sejak 27 Maret hingga 7 April mendatang.
Delegasi Indonesia dalam pertemuan itu dipimpin Kepala Perwakilan RI di Wina, Febrian A. Ruddyard, beranggotakan unsur BAPETEN, BATAN serta KBRI/PTRI Wina.
CNS Review Meeting merupakan pertemuan yang dilangsungkan setiap tiga tahun sekali, sebagai kaji ulang mengenai infrastruktur dan penerapan pengawasan terhadap keselamatan nuklir nasional.
Dalam sambutan pembukaannya, Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano menekankan peran Konvensi sebagai mekanisme yang sangat penting dalam memperkuat keselamatan nuklir di negara-negara pihak.
Review Meeting ketujuh CNS dihadiri sekitar 900 peserta dari 80 Negara Pihak dan sejumlah negara non-pihak sebagai peninjau.
Dalam sesi Country Group, Delegasi Indonesia diwakili Kepala Bapeten Prof. Jazi Eko Istiyanto menyampaikan presentasi laporan nasional mengenai penerapan keselamatan nuklir pada ketiga reaktor riset yang dimiliki Indonesia, yakni di Serpong, Bandung dan Yogyakarta.
Kepala Bapeten memaparkan proses ijin tapak Reaktor Daya Eksperimental (RDE) yang akan dibangun di Serpong, disampaikan penerapan Indonesia terhadap prinsip Vienna Declaration on Nuclear Safety (VDNS) dan tindak lanjut lessons learned kecelakaan Fukushima.
VDNS merupakan hasil utama CNS yang diselenggarakan di Wina, Austria Februari 2015 lalu. Indonesia berkepentingan dan terlibat dalam negosiasi dan pencapaian kesepakatan atas prinsip dalam Vienna Declaration.
Keikutsertaan Indonesia juga dalam rangka menarik manfaat melalui pertukaran informasi dan peningkatan kapasitas dalam keselamatan nuklir melalui kerjasama dengan IAEA dan badan pengawas negara lain.
Bagi Indonesia, keselamatan nuklir merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian dan komitmen utama. Salah satu isu dalam perdebatan nasional terkait PLTN adalah aspek keselamatan tersebut.
Pemerintah Indonesia memandang pentingnya keselamatan nuklir sebagai salah satu aspek yang mendapatkan perhatian utama dalam rencana pembangunan PLTN.
Dirjen IAEA dalam kunjungannya ke Indonesia awal tahun 2015 menegaskan bahwa Indonesia sudah pada posisi yang tepat dalam proses pengembangan energi nuklir.
Rencana Indonesia untuk membangun RDE merupakan inisiatif yang penting, antara lain akan menggunakan teknologi reaktor termaju (PLTN Generasi IV) yang lebih aman dan efisien serta mempunyai kemampuan kogerasi, yaitu untuk pembangkit listrik dan juga berbagai proses industri seperti mineral processing, pencairan batu bara, dan desalinasi.
(T.H-ZG/P008)
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017