"Pembangunan harus berorientasi meningkatkan harkat martabat manusia, sebab peningkatan harkat martabat manusia dan kesejahteraan masyarakat adalah puncak pencapaian pembangunan," kata Bambang dalam sambutannya membuka Seminar Nasional "Peran Kebudayaan Dalam Pembangunan" di Gedung Bappenas, Jakarta, Selasa.
"Pembangunan bukan semata-mata soal ekonomi terkait penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Itu semua hanya akan bermakna jika disertai dengan cultural well being," ujarnya menambahkan.
Bambang mengingatkan Indonesia sebagai sebuah negara bukan hanya kaya sumber daya alam, tetapi juga aspek kebudayaan yang dapat dimanfaatkan sebagai modal dan kekuatan dalam gerak langkah pembangunan.
Indonesia, lanjut Bambang, seharusnya bisa mencontoh langkah negara-negara yang lebih maju, yang sudah lebih dulu memanfaatkan budaya sebagai modal dan basis pembangunan.
"Kemajemukan budaya merupakan modal besar bagi Indonesia menjadi negara maju dan unggul," katanya.
"Hal itu sudah dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, China dan Korea Selatan, yang mampu kelakukan akselerasi pembangunan sosial-ekonomi berbasis kebudayaan, dengan melakukan kapitalisasi atas nilai-nilai dan kekayaan budaya melaui suatu proses modernisasi," ujar Bambang menambahkan.
Seminar Nasional "Peran Kebudayaan dalam Pembangunan" menghadirkan sejumlah pembicara baik dari pemerintah, kalangan akademisi maupun pelaku inovasi berbasis kebudayaan, seperti Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid, Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek dan Kebudayaan Bappenas Amich Alhumami, Antropolog Hans Antlov dan Pakar Budaya FIB Universitas Indonesia Melani Budianta.
Kemudian Pendiri dan Pegiat Sokola Rimba Saur Marlina "Butet" Manurung dan Presiden Jember Fashion Carnaval Dynand Fariz.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017