“Penurunan loyalitas yang berhubungan dengan delay web atau video tidak hanya memengaruhi operator seluler, tetapi seluruh ekosistem," kata Kepala Jaringan Produk Ericsson Indonesia dan Timor Leste, Ronni Nurmal, dalam siaran pers, Kamis.
Studi yang melibatkan 170 pengguna ponsel pintar di Jakarta ini menganalisa hubungan waktu yang dibutuhkan untuk mengakses konten pada ponsel terhadap tingkat stress pengguna.
Kelompok usia 18-35 tahun, mewakili generasi mayoritas pengguna ponsel dan data, menjadi yang paling sensitif terhadap loading video yang tersendat.
Video tertunda selama 2 detik, terutama untuk usia 18-24, bisa mengakibatkan stress kognitif naik 16 persen.
Sementara itu, kelompok usia 25-34 kehilangan minat sepenuhnya jika video delay lebih dari 4 detik.
Kepala Ericsson ConsumerLab Asia Tenggara dan Oseania, Afrizal Abdul Rahim, dalam keteranan yang sama menyatakan masyarakat Indonesia memiliki ketertarikan tinggi terhadap konten digital.
"Seiring dengan semakin canggihnya pengguna smartphone, mereka pun akan mengharapkan lebih banyak dari penyedia jaringan mereka termasuk konten yang bisa diakses secara cepat dan tanpa gangguan. Keinginan ini diperkirakan akan meningkat apabila Virtual Reality dan Augmented Reality menjadi lebih umum," kata Afrizal.
Delay saat mengunggah sesuatu ke media sosial juga bisa mengakibatkan stress.
Titik puncak stress pengguna ponsel Indonesia saat mengunggah gambar ke media sosial lewat ponsel adalah 4 detik, seperti loading video.
47 persen pengguna kehilangan motivasi atau tidak jadi mengunggah bila tertunda.
Stress itu rupanya berdampak langsung pada ekosistem mobile.
Berdasarkan studi itu, kepuasan pengguna turun signifikan ketika delay 2 detik dibandingkan saat menikmati video tanpa gangguan.
Produsen perangkat maupun penyedia konten melihat brand engagement mereka menurun jika waktu delay tinggi.
(Baca juga: YouTube TV meluncur di AS)
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017