Negara Afrika Utara itu perlu "membuat kebijakan yang memadai... untuk menjamin bahwa anak-anak bersekolah sampai mereka berusia setidaknya 16 tahun, di bawah undang-undang Tunisia," kata Trabelsi.
"Ada 100.000 anak yang putus sekolah karena satu dan lain hal, terutama di wilayah pedesaan. Ini terjadi terutama pada anak perempuan," ujarnya.
Trabelsi berbicara di peluncuran sebuah proyek untuk memerangi pekerja anak di Tunisia dalam tiga tahun ke depan, yang dikembangkan bersama Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan telah menerima tiga juta dolar AS dari Amerika Serikat.
Naima Zaghdoudi, koordinator nasional dalam proyek tersebut, mengatakan pekerka anak di Tunisia tampaknya paling umum terjadi di bidang "pertanian, terutama di perkebunan milik keluarga", untuk pekerjaan rumah tangga bagi anak perempuan, pertukangan kecil, bengkel dan penata rambut.
Namun, "kita tidak bisa membahas fenomena buruh anak hari ini di Tunisia karena tidak ada data nyata", ujarnya.
Sebagai upaya untuk memperbaikinya, dia mengatakan Lembaga Statistik Nasional akan menyurvei 15.000 rumah untuk mendapatkan statistik pekerja anak yang akan diketahui pada September, demikian dilansir AFP. (mu) 
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017